Add This...^^d!!

RSS

Jumat, Oktober 12, 2012

Sehat jiwa tanpa gangguan

Apa kecemasan terbesar kita? Sampaikah ia mengganggu aktivitas atau mengganggu gerak yang ada? Kalau iya, hati-hati! Bisa jadi kita mengalami gangguan kejiwaan yang dikenal dengan ansietas atau gangguan kecemasan,  sebuah diagnosis bagi mereka yang memiliki anggapan terhadap suatu kondisi atau objek di luar dirinya yang dianggap sebagai sebuah ancaman sehingga muncul dalam bentuk ketakutan-ketakutan. Ketakutan-ketakutan inilah yang kelak akan menghalangi diri dalam mengambil langkah untuk move on.


Kenyataannya, cemas merupakan bagian dari emosi yang bisa terjadi pada orang tanpa gangguan kejiwaan, bedanya ia akan disebut sebagai "gangguan" ketika muncul dalam keadaan berlebih yang tidak dapat ditangani oleh dirinya. Sedangkan kesamaan diantara mereka dengan tingkat kecemasan normal dan mereka dengan gangguan kecemasan adalah memiliki masalah. Faktor apa yang menentukan sehingga masalah yang sama dapat dapat ditangani dengan baik olah seseorang sedangkan pada orang yang lain justru menimbulkan gangguan kecemasan? Keimanan? Jawabannya bisa iya, bisa tidak.

Secara keseluruhan, gangguan kejiwaan apapun itu bentuknya memiliki tiga besar pokok penyebab munculnya gangguan yaitu organobiologis, psikoedukatif, dan sosiokultural. Iman, menurut saya secara pribadi, berkaitan dengan poin kedua dan ketiga yaitu bagaimana lingkungan maupun kebudayaan di sekitar seseorang membekalinya dalam menanamkan paradigma berpikir seperti apa yang pada kemudian hari dapat menjadi dasar bagi dirinya dalam memecahkan masalah kehidupan yang menghadang, sehingga semakin lemah pembekalan keimanan seseorang, semakin rendah daya tahannya terhadap tekanan, hingga bahkan masalah yang sangat remeh sekalipun dapat membuat dirinya seolah sedang ditimpa oleh badai cobaan.

Sedangkan poin pertama (organobiologis) adalah suatu keadaan dimana gangguan kejiwaan muncul sebagai reaksi dari kerusakan pada organ tubuhnya yang disebabkan karena penyakit, misalnya pada beberapa pasien jenis epilepsi (kejang) tertentu yang dapat menimbulkan kerusakan pada beberapa lokasi otak. Kerusakan-kerusakan pada kasus seperti ini dapat menimbulkan halusinasi atau persepsi palsu terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Ketika kerusakan terjadi di pusat pendengaran, dapat saja muncul halusinasi dengar dimana seolah ia dapat mendengar suara-suara yang berbicara padanya, dapat berupa suara yang sedang memarahi atau mengejeknya, ataupun suara ramah yang sedang mengajaknya berbincang.  Kerusakan di pusat-pusat lain di otak juga dapat menimbulkan jenis halusinasi lain seperti halusinasi lihat, cium, bahkan raba.

Sejatinya akan mudah bagi kita mencegah munculnya gangguan kejiwaan yang disebabkan oleh poin kedua dan ketiga tadi, karena bahkan sekalipun gangguan kejiwaan sudah mulai muncul, keimanan yang kuat dan benar dapat membantu mengembalikan ke kondisi semula dan bebas dari ketergantungan terhadap obat-obatan psikiatri, insya Allah. Ya, keimanan yang kuat dan BENAR. Karena kuat saja tidak berarti seandainya ia meyakini sesuatu yang salah bukan? Justru keyakinannya yang salah itu lah yang dapat mencetuskan munculnya gangguan dalam dirinya.

Katakanlah pasien A, ia keluar dari tempatnya bekerja karena teman-teman kerjanya sering mengajaknya bermain kartu, ia yakin seyakin-yakinnya bahwa ajakkan temannya itu salah, buang-buang waktu katanya. Tapi seberhentinya ia dari pekerjaannya, ia justru hanya berdiam di kamar sepanjang hari, mendengarkan radio yang memperdengarkan ceramah-ceramah keagamaan dan mengajarkan berbagai hal yang dilarang, dan sejak saat itulah ia yang menelan bulat-bulat materi dari radio yang didengarnya membuatnya meyakini ajaran-ajaran agamanya dengan sangat keras hati. Semua anggota keluarganya dimarahinya karena menurutnya tidak becus dalam menerapkan ajaran agama. Ibunya ditendang karena menurutnya tidak berguna karena tidak bisa mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang sukses. Hingga sampai tahap kecurigaan bahwa semua orang berniat jahat padanya yang datang membawa kebaikan ajaran agama.

Bayangkan betapa bahayanya informasi yang hanya tersampaikan sepotong-sepotong! Apalagi informasi mengenai ajaran agama, karena sesungguhnya Islam adalah agama yang sempurna, berbeda dengan muslim (orang yang berislam), ia tidak akan mencapai kesempurnaan dan kemuliaan islam seandainya tidak menerapkan islam secara kaffah (menyeluruh). Kuncinya, teruslah belajar, belajar, dan belajar! Tapi jangan berkeras hati memegang suatu pendapat karena bisa jadi persepsi kita yang salah, bukankah islam mengajarkan kita untuk bermusyawarah dalam memecahkan suatu masalah? Pun pendapat kita yang benar, tidak lantas menjadikan diri kita lebih mulia dan menjadikan orang dengan pendapat berbeda menjadi terhinakan bukan?

Karenanya jangan pernah berhenti meminta pada Allah agar hati kita dibersihkan, sehingga dapat mempelajari ilmuNya dengan berpegangan pada ketentuan-ketentuan yang sudah tercantumkan dalam al-Qur'an dan As sunnah, bukan pada kesombongan diri yang merasa sebagai orang yang paling benar. 
Ada baiknya kita meniru do'a Rasulullah Salallahu 'alaihi wa salam, "Ya Allah bersihkanlah hatiku dan sucikanlah jiwaku, sesungguhnya Engkau yang Maha membersihkan hati". Ulangi terus dalam setiap sujud kita, insya Allah dengannya akan lebih mudah bagi kita menerima kebenaran yang datang dari Allah, bukankah akan lebih mudah menulis pada lembaran kertas yang bersih dari coretan?


Sertakan Allah dalam tiap hembusan nafas kita, bahkan dalam problematika teremeh sekalipun yang kita alami dalam hidup. Seperti ucapan Hasan Al-Bashari, "Allah merahmati hamba yang berhenti saat terlintas keinginannya. Jika dilakukan untuk Allah, ia lanjutkan. Jika tidak, ia tunda."


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar