Add This...^^d!!

RSS

Senin, September 19, 2011

Adik kecil, siapa namamu?

Adik kecil, siapa namamu? Bukan merahnya darah yang mengalir dari luka karena pecahan beling yang menancap di kakimu yang mengejutkanku, tapi betapa cerianya dirimu menyikapinya: tak ada tangis, tak hilang senyum

Adik kecil, siapa namamu? Belah sumbing di bibirmu tak sedikitpun menghalangimu untuk tersenyum lebar seiring ketertarikanmu dengan warna-warni dunia, menularkan kebersihan hati dalam relungku

Adik kecil, siapa namamu? Perlakuan lingkungan padamu yang mengeraskan sikapmu tak kunjung mengeraskan jiwamu yang haus kasih sayang, berbekas dalam ingatanku kala kamu terdiam ketika kuusap kepalamu penuh kasih, sebuah bukti adanya benih kelembutan dalam hatimu

Adik kecil, siapa namamu? Dihina karena tak lancar membaca memang membuatmu mengeksprisakan pribadi dalam kenakalan diri, namun siapa sangka yang kamu butuhkan hanyalah sebuah penghargaan atas usahamu meski kecepatan logikamu tak sekilat sahabat lain dalam belajar

Adik kecil, siapa namamu? Kerasnya tangismu bukanlah karena besarnya sakit yang kau rasa kala terjatuh, namun karena besarnya takutmu karena amarah orangtuamu yang siap menyambut

Adik kecil, siapa namamu? Penyakit yang mengharuskan lehermu dilubangi dan suaramu tak bisa keluar memang membuat anak seusiamu panik dan marah, namun harapan akan kehidupan terpancar dalam tiap gerakmu, bahkan meninggalmu tak jadi pemutus harapan kehidupan yang dulu kau pancarkan padaku

Adik kecil, siapa namamu? Menjual makanan tak lantas menjadikanmu mau menerima uang pembeli yang dilebihkan untukmu, bukan datang untuk mengemis jawabmu, jawaban polos yang membuat hatiku bergetar

Adik kecil, siapa namamu? Menghentikan sepedaku dan berteriak menyambut kehadiranku seolah menjadi rutinitas kepulanganku, membuat diri tersadar betapa keramahan tak melulu hanya untuk pada orang yang kita kenal dengan baik, karena senyum adalah ibadah, senyum pada siapapun

Adik kecil, siapa namamu? Berada di dalam perut ibumu tak lantas membuatku asing denganmu, bahkan rinduku padamu melebihi rinduku pada ibumu, sedikit aneh memang, tak sabar rasanya ikut menggenggam tangan mungilmu

Adik kecil, siapa namamu? Entah apa yang terjadi dalam hidupmu hingga dengan mudahnya kau ucap ingin ikut bersamaku, namun hanya harap yang baru bisa kulakukan kini, berharap kelak hidup seperti apapun tak lantas membuatmu ingin melarikan diri

Adik kecil, siapa namamu? Benci kepada kedua orangtua dan adik-adikmu kau ucap dengan jelas dan wajah yang mengeras, tapi terbukti sudah bahwa semua itu hanya untuk menutupi inginmu untuk mempunyai keluarga dengan kehidupan normal layaknya cerita dan film

Adik kecil, siapa namamu? Geli hati ini mengingat dirimu yang sengaja memainkan bola untuk menarik perhatianku begitu kuucap bahwa permainan favoritku adalah bola sepak itu, betapa perhatian adalah sesuatu yang sangat kau inginkan tercurah padamu

Adik kecil, siapa namamu? Memonopoli keberadaanku dan menjadi anak baik di depanku tak lantas membuatmu merasa cukup, namun layaknya keberadaanku yang berharga bagimu, keberadaan adik-adik lain pun tak kalah berharganya mengisi ruang dalam tiap bilik hatiku

Adik kecil, siapa namamu? Lingkungan jalanan maupun kantor polisi memang sudah tak asing mewarnai hidupmu, namun bukanlah hal yang sulit menemukan adanya benih kebaikan dari kerasnya sikapmu

Adik kecil, siapa namamu? Wajah babak belur dan nyaris dibakar massa memang membuatmu makin mengeraskan diri seolah tak peduli apapun yang terjadi pada dirimu, meskipun hanya sekilas kumelihatmu, sedih rasanya begitu banyak reaksi menghakimi yang tertuju padamu

Adik kecil, siapa namamu? Kanker yang kau dera tak mematahkan semangatmu untuk dapat bergerak sebebas anak lain yang berlari tanpa batas, meski kekuatan fisikmu tak mampu menyaingi mereka, kekuatan pikiran yang kau cipta selalu kuharap mampu menjadi keunggulan pribadimu

Adik kecil, siapa namamu? Sebuah penghargaan singkat yang kuberikan segera kau balas dengan menghadiahiku kelapa yang kau panjat sendiri, meski tak yakin berasal dari kebunmu, tapi sebuah niat yang manis darimu mengalahkan manisnya kelapa yang kau genggam kuat dalam tangan mungilmu

Adik kecil, siapa namamu? Entah untuk apa fotoku, tapi menerimanya membuatmu merasa sangat bersenang hati bahkan memamerkannya pada teman-temanmu, membuatku merasa malu karenanya

Adik kecil, siapa namamu? Gelang kecil manis yang kau hadiahkan padaku menjelang kepergianku bahkan tak semanis kesanmu yang terpatri dalam hatiku, membuatku sedih teringat rinduku padamu

Adik kecil, siapa namamu? Pelajaran matematika yang membuatmu menangis karena besarnya kebencianmu menghadapinya ternyata hanyalah paradigma yang tertanam oleh lingkungan bahwa ia adalah pelajaran yang sulit, terbukti dari laporanmu bahwa ia segera menjadi nilai tertinggi dari pelajaran sekolahmu, hasil dari perubahan pola pikir yang kau izinkan aku menanamkannya padamu

Adik kecil, siapa namamu? Keakrabanku dengan teman-temanmu membuat dirimu yang pemalu hanya bisa mengintip dari jauh, mengagetkanmu manakala kukejar dirimu yang tertangkap mata olehku, yang lantas kau bayar dengan senyum manis ketika akhirnya kita bisa bermain bersama

Adik kecil, siapa namamu? Kepergian ibumu yang bekerja sebagai tenaga kerja di luar negeri dan keberadaan ayahmu yang keras dan sering merebutmu dari nenek yang kau cinta tak lantas membuatmu membenci dunia, bahkan ia kau ubah menjadi sebuah kecerdasan berpikir yang tersembunyi dalam pribadimu yang rendah hati

Adik kecil, siapa namamu?



Allah, tak penuh dalam yakinku bahwa ku kan mampu mengingat semua nama mereka dan nama adik-adik lain yang berharganya mereka bagiku bahkan takkan cukup tertuang dalam tulisan-tulisanku kini maupun nanti, namun kan selalu penuh dalam harapku agar mereka terus menjadi amunisi terbaikku untuk terus berjuang menggapai syurgaMu, untuk terus berjuang demi kebaikan kehidupan mereka di dunia, untuk terus berjuang untuk sebuah kebahagiaan sejati di akhiratMu kelak, dan untuk terus berjuang hingga kelak satu majelis syurgaMu kan menjadi tempat reuni terbaik untukku dan mereka.



Allah, sungguh aku mencintai mereka karenaMu ..(‘:

[+/-] Selengkapnya...

Kamis, Mei 12, 2011

mimpi yang anggun


“Bermimpilah setinggi langit, karena sekalipun jatuh, maka kau akan jatuh ke bintang”


Siapa tak bisa bermimpi? Kalau hanya sekedar bermimpi sih semua orang juga bisa, betul? Ya, semua orang bisa bermimpi, termasuk saya, anda, bahkan anak-anak jalanan di perempatan jalan

Apa yang membedakan?

Banyak, tentu saja. Saya adalah saya, anda adalah anda, dan mereka, anak-anak jalanan itu, adalah mereka. Kita semua tak berbeda saat lahir ke dunia, bersih, suci, dan polos. Lantas apa yang mewarnai kita hingga akhirnya bisa jadi seperti ini adanya? Menjadi kepribadian dengan satu penciptaan yang tak mungkin sama terpatri dalam setiap spesies diri?

Bukan rahasia bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar di dalamnya, faktor lingkungan ini bersamaan dengan logika diri yang berkembang akan menjelma menjadi satu kesatuan yang saling mendukung bernama karakter diri. Pertanyaannya, lingkungan seperti apa? Logika diri berupa apa? Jawabannya: seperti apapun. Seperti apapun lingkungan dan logika diri yang muncul dapat mencetak karakter manusia, karakter yang berbeda

Lingkungan yang bermental lemah, dengan cepatnya akan menularkan paradigma berpikir yang sepola pada individu yang berada di sekitarnya. Misalnya, lingkungan dengan tingkat pendidikan yang rendah akan dengan mudah melemahkan mental, semangat, dan harapan akan masa depan yang lebih baik, bahkan seringkali keluar pendapat dan dogma-dogma dalam berbicara seperti “Untuk apa sekolah? Toh ujung-ujungnya kerja juga bantuin Bapak di pasar”, “Orang lain memang bisa, tapi bukan kamu!”, dan sebagainya

Seandainya pemikiran-pemikiran seperti itu tidak diimbangi dengan logika diri yang ada, bayangkan bagaimana jadinya anak-anak Indonesia tumbuh! Logika diri, layaknya Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dengan kekuatan logikanya yang terus bertahan di tengah-tengah kejahiliahan kaumnya yang menyembah berhala buatan sendiri, logika dalam diri Ibrahim tak padam begitu saja, bahkan semakin menyala dengan kuatnya, “Tidak mungkin Tuhan yang menciptakan kita ada dalam tubuh patung yang kita ciptakan!”, sebuah logika cerdas dari diri yang beriman

Begitulah, lingkungan dan logika diri akan saling menguatkan dalam penciptaan karakter seseorang. Lalu apa kaitannya antara karakter diri yang tercipta dengan mimpi yang kita bicarakan tadi?

Kalau hanya sekedar bermimpi sih semua orang juga bisa. Tapi tidak semua orang berani bangun dari tidurnya untuk mewujudkan mimpinya dalam dunia nyata!

Butuh mental yang kuat untuk terus bertahan memperjuangkan mimpi, butuh semangat yang terus membara untuk menjelmakannya menjadi kenyataan. Pendidikan adalah salah satu penguatnya, karena dengannya kita akan terpapar dalam lingkungan yang terdidik, lingkungan yang tidak mudah menyerah, lingkungan yang tidak hanya bicara namun juga bertindak! Tidak hanya berani bermimpi namun juga berani bangun dari tidurnya untuk mewujudkan mimpinya dalam dunia nyata!

Perguruan tinggi idealnya adalah bagian dari perwujudan mimpi itu, dengan menciptakan pendidikan menyeluruh dalam segala aspek, mencetak kader-kader dengan akhlak yang bersinar, dengan mental yang tak kalah kuat dari baja, dengan sebuah pembiasaan terhadap perwujudan mimpi, dengan sebuah aksi nyata. Mahasiswa sebagai peserta didik yang menjadi objek dari sistem pendidikan yang diterapkan pun dapat menjadi generasi intelektual yang dapat terus melakukan pembaharuan, baik terkait akademisi bidangnya dalam bentuk penelitian-penelitian, maupun terkait hal-hal lain yang tetap merupakan perwujudan dari mimpi, karena mimpi tidak memiliki batas, bahkan batas imajinasi sekalipun

Karena semua yang ada, atau pernah ada, berawal dari mimpi, maka itulah peran mahasiswa: menjadikannya awal. Awal dari langkah-langkah besar di masa mendatang yang penuh dengan kisah-kisah menggelegar, kisah dari kesederhanaan akan keteguhan hati dan pemikiran untuk sebuah tindakan nyata dari mimpi yang terus berkembang. Itulah mimpi yang sesungguhnya, mimpi kaum intelektual, mimpi seorang pemberani, sebuah mimpi yang anggun


*agak galau karena sebentar lagi melepas status mahasiswi, sudah bermanfaatkah saya dalam dunia pendidikan yang telah membesarkan saya ini..)’:??

**yang bisa terus saya lakukan adalah terus bermimpi dan berbagi mimpi..;D





 "Follow your dream...
Take one step at a time and don't settle for less
Just continue to climb

Follow your dream...
If you stumble, don't stop and lose sigh of your goal
Press to the top

For only on top can we see the whole view
Can we see what we'eve done and what we can do
Can we then have the vision to seek something new

Press on

Follow your dream"

~Amada bradley~

[+/-] Selengkapnya...

Minggu, Februari 13, 2011

Nadezda Act, cahaya impian para adik (an open recruitment for all of you^^)

Semua anak yang kutemui
Sangatlah cantik.

Anak-anak yang tertawa, anak-anak yang jail,
Anak-anak perempuan kecil yang menggendong bayi di punggung,
Anak laki-laki yang memamerkan kemampuan bersalto,
Anak-anak yang bernyanyi bersamaku,
Anak-anak yang mengikutiku kemana-mana

Aku bertemu segala macam anak
Juga anak-anak yang orangtua serta saudara-saudaranya
dibunuh di depan mata mereka
Anak-anak yang kaki dan tangannya dipotong oleh tentara gerilya,
Anak-anak perempuan yang orangtuanya hilang,
meninggalkan mereka bersama adik bayi yang harus dirawat.
Anak-anak lelaki yang bersedih karena teman-teman,
juga binatang peliharaan mereka mati akibat kelaparan.
Anak-anak yang rumah dan sekolahnya hancur.
Yatim piatu,
Yang digiring dari satu kamp ke kamp lain.
Anak-anak yang bekerja sebagai pelacur untuk menyokong keluarga.





Namun,
Bahkan dalam situasi semengerikan itu,
Mereka berkata tidak satu anakpun memilih bunuh diri.
TIDAK SATUPUN, di kamp pengungsi manapun,
Meskipun mereka tidak memiliki masa depan dan harapan.
Aku menanyakan hal ini kemanapun aku pergi.
"Tidakkah anak-anak ini bunuh diri?"
"Tidak, tidak satupun"
Dan aku menangis.

Saat aku melihat bayi-bayi yang kurus hampir seperti tengkorak hidup,
berjalan lewat dengan sekuat tenaga dan keinginan,
Aku menangis.
Aku ingin berteriak keras-keras,
"Di Jepang, anak-anak bunuh diri!"
Apakah ada yang lebih menyedihkan?
APAKAH ARTI KEMAKMURAN? APA ITU KELIMPAHAN?

Setelah bertemu berbagai macam anak,
Aku ingin mengatakan hal pada anak-anak Jepang:
Jika kalian sedih melihat anak-anak di negara berkembang,
yang kalian temukan di buku ini,
Dan ingin membantu mereka,
Katakan sekarang kepada teman yang duduk di sebelahmu,
"Mari berdamai. Mari bergandengan tangan dan menjalani hidup bersama."

Di sekolah dasarku--sekolah Totto-chan--ada beberapa murid yang cacat.
Sahabatku adalah anak laki-laki penderita polio.
Tapi tak sekalipun kepala sekolah berkata,
"Bersikap baiklah pada anak-anak itu," atau "Bantulah mereka."
Yang selalu ia katakan adalah,
"Semua orang sama. Marilah kita semua bersahabat."
Hanya itu.
Jadi kami melakukan segala hal bersama-sama.
Setiap orang butuh sahabat, teman untuk tertawa.

Anak-anak yang kelaparanpun ingin jadi temanmu.
Itulah yang ingin kusampaikan padamu

_Tetsuko Kuroyanagi dalam bukunya "Totto-chan's children, a goodwill journey to the children of the world"

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Nadezda Act
Nadezda means "hope" in Cekoslovakian, so just try not to smile so happily when you hear that because you imagine myself..:D--> Nestri Nadezda (actually Nadezda isn't my last name, I just have Nestri in first name and nothing then)

Ya, Nadezda berarti harapan, kenapa harus harapan?? Karena "hidup tanpa harapan bagai kematian yang datang lebih awal!!".

Padahal selalu ada harapan dalam kondisi tersulit sekalipun!
Ia selalu ada, hanya saja kitalah yang membuatnya menjadi tidak ada, kita percaya bahwa "ini" tidak mungkin, kita percaya bahwa "itu" tidak akan bisa terwujud, maka kitalah yang menyembunyikan harapan itu! Kitalah yang tidak mampu melihat cahaya harapan dalam diri, padahal cahaya itu hanya tertutup oleh selembar kain tipis bernama "TIDAK PERCAYA"

Harapan itu ada! Pasti ada! Karenanya PERCAYALAH bahwa ia ada!! Singkirkan kain ketidakpercayaan itu! Singkirkan dan buktikan bahwa ia memang ada!

Karena sebaliknya, ketika kita tidak mempercayai keberadaannya, maka sekuat apapun kita berusaha, cahaya harapan itu tidak akan bisa kita lihat, tertutup kain ketidakpercayaan, menunggu untuk kita temukan

Padahal selalu ada harapan dalam kondisi tersulit sekalipun!
Karena sungguh, tidak seperti lilin-lilin yang lain yang bisa padam dengan mudahnya, lilin harapan tidak akan pernah padam, ia akan tetap menyala dalam cahaya yang sangat kecil sekalipun, karenanya...temukanlah ia! Temukan cahaya itu dalam keruhnya masalah yang ada. Sibak kain ketidakpercayaan itu dan temukanlah ia!

Temukan ia dan perbesar cahayanya! Hingga cahaya dari lilin harapan yang semakin membara itu mampu menyalakan kembali cahaya pada lilin-lilin sebelahnya dan sebelahnya, dan sebelahnya, daaaaaaaaaan sebelahnya..

Hingga akhirnya semua cahaya kehidupan dalam diri kita akan bersinar dengan indahnya..(:

--------------------

Nadezda act adalah nama sementara, fleksibel, masih bisa diganti, hanya saja I'm not creative enough to make the new one..:D

Nadezda Act adalah kegiatan kemanusiaan yang bergerak dalam bidang pendidikan pada anak-anak Indonesia. Not just an ordinary education of course, because "every child is special" (if I can use the word from "Taree Zameen Par", a great film by Aamir Khan..:D). Ya, setiap anak itu spesial, dan Nadezda Act adalah gerakan yang membangkitkan keistimewaan itu, menguatkan mental mereka yang mudah menyerah pada masa depan, dan turut bermimpi bersama para malaikat kecil itu. Bermimpi dan membuktikan pada dunia bahwa mimpi itu akan terwujud!

Apa yang saya inginkan dengan Nadezda Act?

Saya ingin membawa harapan bagi banyak orang: para adik, orangtua para adik, dan orang-orang yang lain. SABAR dan SYUKUR ingin sekali saya tanamkan pada mereka agar mereka bisa menjalani hidup dengan senyuman terindah, sebuah senyuman yang akan membuktikan bahwa DUNIA BELUM MATI..(:!!

Saya ingin melakukan sesuatu untuk para adik Indonesia, menggunakan humor untuk menyembuhkan penyakit dan penderitaan mereka
Gak akan ada gelar, gak ada bos
Orang-orang akan berdatangan dari seluruh dunia untuk memenuhi impian mereka membantu anak-anak, mereka akan menjadi komunitas di mana kegembiraan adalah cara hidup, belajar adalah tujuan tertinggi, dan cinta adalah tujuan utama..(: (sebagaimana yang dikatakan Hunter "Patch" Adam ketika ingin membangun rumah sakit gratisnya yang terkenal)

Kegiatan paling terdekat

Tentu teman-teman sepakat bahwa ketika kita ingin memberikan yang terbaik, maka kita pun harus menyiapkan yang terbaik untuk diberikan, betul^^?
Karenanya kegiatan terdekat adalah pembekalan diri bagi para relawan bersama ibu Elly Risman

Saya memang belum berhasil menghubungi beliau, but I will!
InsyaAllah agenda ini akan terwujud di Maret 2011, persiapkan dirimu karenanya..\^O^/!!

Kegiatan terdekat setelah yang paling terdekat

Setelah kita cukup siap dengan pembekalan, kita sebarkan ilmu yang telah kita dapatkan dengan mengadakan mini seminar, gratis, baik untuk para adik-adik Indonesia (kita coba untuk daerah-daerah tertentu dahulu) maupun orangtua para adik. Mini seminar ini sekaligus juga kita jadikan ajang untuk mempublikasikan kegiatan kita dan meresmikan berdirinya Nadezda Act, seems fun right..:D??

So, will you join us..;D??
Karena tempat bukan penghalang, karena usia bukan hambatan, karena profesi bukan pembatas, maka kamu! Ya, kamu! Kamu yang memiliki keinginan yang sama, kamu yang siap menjadi bagian dari cahaya impian para adik Indonesia, bergabunglah di sini, bergabunglah bersama kami, Nadezda Act, sekarang juga..(:

Bantu sebarkan note atau link blog saya ini ke siapapun yang kamu harapkan bisa menjadi bagian dari cahaya impian para adik dan bergabung dalam satu Nadezda Act..(:

How to join Nadezda Act?

Pertama, niatkan dirimu, dan percayalah bahwa kamu bisa menjadi bagian dari cahaya impian ini^^!!
Sudah? Maka selamat! Anda bisa bergabung dengan kami cukup dengan mengirimkan:
1. Biodata (Minimal menyebutkan nama, nomor kontak, domisili tempat, dan account internet yang bisa dihubungi: Facebook, e-Mail, Yahoo Messenger, Twitter, dsb)
2. Alasan ingin bergabung
3. Rencana atau ajuan program yang ingin dijalankan bersama Nadezda Act (jika ada)

ke email saya di alamat ne5tri@yahoo.co.id atau bisa kirimkan saja via message facebook di http://www.facebook.com/ne5tri



Jika ada pertanyaan yang masih ingin diajukan, bisa melalui kedua media tadi (email dan facebook) atau silahkan hubungi saya di YM dengan ID: ne5tri


*data yang sudah dikirimkan akan mendapatkan pesan konfirmasi dari Nadezda Act maksimal 5 hari dari pengiriman data, apabila pesan konfirmasi belum diterima...kemungkinan karena ada gangguan koneksi, silahkan menghubungi saya via Facebook atau YM untuk mengajukan complaint..(:*


Salam cahaya impian..(:!!

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, Februari 09, 2011

go for it!!

Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung
_Al Qur'anulkarim, Ali Imran ayat 104_

Pertanyaannya adalah: Mengapa?

Mengapa Allah menghendaki hambaNya untuk mengatakan kebenaran dan menjadi orang yang beruntung? Mengapa Allah menghendaki hambaNya agar meraih keberuntungan dengan cara menyerukan kebajikan?
Mengapa?

Mengapa menyeru kepada kebajikan dapat menghantarkan kita kepada keberuntungan yang Allah janjikan?
Mengapa?



Sebenar-benarnya kebenaran

Tak pernah saya menemukan keraguan dalam diri ini atas firman Allah yang tercatat dalam surat cintaNya yang keindahannya takkan tertandingi oleh pujangga cinta kelas dunia sekalipun—Al-Qur’an. Begitupun dengan kalimat cinta yang ada dalam surat Ali Imran ayat 104. Saya yakin dengan sebenar-benarnya keyakinan bahwa kalimat cinta itu adalah sebuah kebenaran, sebuah kebenaran yang dengan kuasaNya akan menghantarkan saya dan siapapun yang menyerukan kebajikan pada sebuah keberuntungan, keberuntungan dunia dan tentu saja—keberuntungan akhirat.
Insya Allah..

Saya adalah mahasiswi fakultas kedokteran, saya tahu itu. Dan dengan sangat sadar, sayapun tahu bahwa itu adalah sebuah nilai lebih yang Allah amanahkan kepada diri saya.

Betapa tidak? Mahasiswa kedokteran nyaris bisa dipastikan kelak akan menyandang gelar dokter



Dokter itu orang pintar


Dokter itu tahu segalanya

Dokter itu manusia pilihan

Berlebihan terkadang, namun memang itulah yang tertanam di pola pikir masyarakat. Tertanam dalam sebuah paradigma yang entah mengapa tetap bertahan. Bertahan bahkan di tengah pikiran-pikiran yang tanpa ampun menyerang akal dan menggerogoti jiwa dalam sebuah romantisme global

Globalisasi pemikiran. Ya, itulah nama dari romantisme keji yang ditawarkan belakangan ini ke tengah-tengah masyarakat kita. Tua maupun muda, kaya maupun miskin, semua, tanpa ampun.

Tapi saya memiliki nilai lebih! Saya adalah mahasiswi kedokteran!! Saya dikaruniakan kesempatan langka untuk mampu menyerukan kebajikan dengan tambahan poin lain yang sangat sulit diperoleh—didengarkan oleh masyarakat.

Didengarkan. Itu adalah cita-cita seluruh pembicara, siapapun ia, dan dengan tujuan apapun. Sayangnya didengarkan adalah hal yang sulit dicapai, terlebih lagi jika ingin apa yang dibicarakannya itu serta merta terserap dalam hati, mengakar di sanubari, dan melekat di setiap sel-sel otot dan rangka tubuh pendengarnya—menciptakan sebuah spontanitas magis untuk menerapkan apa yang telah didengar dari pembicara

Tapi saya memilikinya! Saya memiliki kemampuan untuk didengar! Saya adalah seorang mahasiswi kedokteran yang tak lama lagi akan mencapai status penuh gengsi itu: dokter. Ya, saya akan menjadi seorang dokter yang memiliki keberuntungan dibandingkan profesi lain dalam hal didengarkan oleh orang banyak.

Sederhananya, seorang dokter telah diberikan keberuntungan untuk menjemput keberuntungan lain yang dijanjikan Allah melalui jalan yang telah dipaparkan dalam firmanNya—menyerukan kebajikan.
Menyerukan kebajikan pun tentu tak berbatas ujungnya. Namun islam adalah panduannya, islam adalah jalurnya, dan islam sekaligus adalah pintunya, pintu menuju keberuntungan yang hakiki. Dan seorang dokter muslim yang memegang pedoman kedokteran dalam islam tentu tak akan meragukan sebenar-benarnya kebenaran ini

Serukan kebajikan
Perintah yang sungguh bukan sebuah perintah
Ia adalah kebutuhan. Kebutuhan yang sangat diperlukan baik dulu, kini, maupun nanti
Ia adalah penyembuh. Penyembuh dari penyakit, bukan penyakit fisik tentu, karena yang ia sembuhkan adalah jiwa, hati, dan rohani
Ia adalah bukti cinta. Cinta karena Illahi

Karena…demi masa, bukankah kini kita berada dalam kerugian yang teramat nyata? Ya, kerugian ini amat nyata terlihat, kecuali bila kita termasuk hamba Allah yang beriman dan beramal shaleh.

Kitakah?

Kitakah hambaNya yang beruntung dan tidak merugi?

Mereka yang beruntung ialah mereka yang saling menasehati dalam kebenaran, mereka yang menyeru dalam kebajikan

Kitakah?

SAYAKAH?
Bukankah saya memiliki peluang besar untuk menyerukan kebajikan? Mengapa saya harus menyiakannya?

Go For It Nestri!!



[+/-] Selengkapnya...

Sabtu, Januari 22, 2011

inilah seni mempersiapkan shalat!

Malu rasanya setiap ada adik yang memuji dan berkali-kali mengatakan ingin jadi seperti saya, memangnya saya seperti apa..:D??

Tapi satu hal yang pasti, mereka mengingatkan saya untuk terus dan terus berusaha untuk jadi lebih baik, karena kalaulah ada sikap saya yang kebetulan menginspirasi mereka, saya harap inspirasi itu bertahan untuk selamanya, tidak diam di tempat, tapi terus mengalir dan terus bermakna

Dengan menjadikan diri sendiri yang kian membaik tiap harinya, tentu saja..;D!!

Ah, seandainya mereka tahu, bukan sayalah yang pantas mendapat ungkapan terimakasih dari mereka. Tapi merekalah! Merekalah yang sangat berjasa bagi saya! Merekalah yang kerap kali menjadi alarm bagi diri saya untuk tak lengah, untuk terus memperbaiki diri, untuk menjadi kakak yang baik bagi mereka, dan tentu saja menjadi hamba Allah dengan penghambaan terbaik dari yang terbaik, insyaAllah..(‘:

Hari ini saya sekali lagi diingatkan oleh kemurnian hati mereka, oleh pengharapan tulus dari jiwa yang merindu syurga, jiwa yang juga ingin terus berusaha jadi lebih baik

Bagaimana tidak? Sms dari si adik yang datang tadi sangat menyentil saya dengan kepolosannya, “..teteh bentar lagi isya, pasti mau sholat dulu..”, padahal seandainya sang adik tahu, saya saat itu sedang bersantai membaca komik..-___-“

Kalau mau membela diri, wajar saja saya masih bersantai karena toh azan belum berkumandang. Tapi, bukankah dulu saya sendiri yang mengatakan bahwa alangkah baiknya jikalau diri ini mempersiapkan hati terlebih dahulu sebelum datang kewajiban bagi fisik untuk datang menghadap Allah? Tapi kenapa ini saya sudah tahu mau azan malah baca komik dulu? Persiapan hati menuju shalat kok ya baca komik sih jeng nestriiii?? Kacau berat ini mah..:D

Agak geli sebenarnya mendapat sms “tuduhan” yang sangat melenceng dari si adik ini, tapi seketika rasa geli itu berubah menyengat seperti kejutan aliran listrik yang datang tanpa menyapa terlebih dahulu

Saya malu

Pada siapa?

Pada si adik?

Betul. Saya sangat malu pada si adik

Tapi saya lebih malu karena malu itu muncul karena adik ini, bukan karena Dia yang selalu memperhatikan saya—bahkan tanpa perlu memberi sms peringatan pada saya

Padahal, Ali bin Abi Thalib selepas wudhu biasanya gemetar. Ketika ditanya sebabnya, beliau mengatakan, “Sekarang aku sedang memikul amanah yang pernah disodorkan kepada langit dan bumi serta gunung, tapi mereka semua menolaknya. Namun aku kemudian maju dan bersedia menerima amanah tersebut.”

Inilah seni mempersiapkan shalat!

Selanjutnya perhatikan bagaimana Al-Hasan, putra Ali. Selepas wudhu biasanya beliau gemetar, ketakutan, menghiba, dan air mukanya berubah, Ketika ditanya sebabnya, beliau menjawab, “Tahukah kalian, di hadapan Siapa aku akan berdiri?”

Subhanallah..

Dahulu, Sayyidina Abdullah bin Mas’ud pun pernah berkata, “Tatkala turun ayat:

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang beriman,
untuk tunduk hati mereka mengingat Allah”
(QS. Al Hadid: 16)

Waktu itu baru empat tahun kami masuk islam. Namun Allah telah menegur kami dalam hal kekhusyukan shalat. Kami pun kemudian keluar untuk saling menegur satu sama lain, dengan mengatakan, ‘Sudahkah kalian mendengar bahwa Allah telah berfirman, ‘Belumkah datang waktunya bagi orang-orang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah?’ Salah seorang lelaki pun kemudian sempat terjatuh akibat menangis atas teguran Allah terhadap diri kami ini”

Subhanallah..

Inilah seni mempersiapkan shalat!

Atau dalam cerita lain, Hatim Al-Islam pernah ditanya tentang shalatnya, ia pun menjawab, “Jika waktu shalat telah tiba, aku berwudhu dengan sempurna, dan menghampiri tempat di mana aku akan mengerjakan shalat. Aku pun lantas duduk di sana sampai seluruh tubuhku terkonsentrasi. Kemudian aku pun memulai shalat dengan menjadikan Ka’bah seolah berada dihadapanku, jembatan Ash-Shirath terletak di bawah kakiku, Surga di samping kananku, dan neraka di sebelah kiriku, serta Malaikat Maut berada tepat di belakangku. Aku pun menganggap shalat ini sebagai shalatku yang terakhir...”

Subhanallah..

Inilah seni mempersiapkan shalat!

Luar biasa memang contoh-contoh tadi! Lalu saya?? Mau sholat malah baca komik, nanti pas takbir malah jadi penasaran kan jadinya sama lanjutan cerita si komik..-____-“

Saya tak mau kalah! Dengan seni mempersiapkan shalat yang sudah ada tadi, saya juga tak mau kalah!!

Karena shalat bukanlah sekedar gerakan tanpa makna, ia tidak hanya sekedar ada, karena dengannya lah kita mampu pergi meninggalkan dunia untuk bertemu dengan Allah, Sang kekasih

Sebagaimana Imam Abu Hamid Al-Ghazali yang pernah berkata, “Carilah hatimu di tiga tempat: pertama, ketika membaca Al-Qur’an; kedua, ketika shalat; dan ketiga, ketika mengingat kematian. Jika di tiga tempat tersebut engkau belum menemukan hatimu, maka mohonlah kepada Allah untuk memberimu hati, sebab engkau tidak sedang mempunyainya!”

Di mana hati saya Allah? Semoga saya tidak kehilangannya!!

Hushh...kamu komik, pergi sana jauh-jauh..d;




[+/-] Selengkapnya...

Rabu, Januari 05, 2011

Allah, di mana jilbab saya??

Ada seorang wanita yang dikenal taat beribadah. Ia juga rajin menjalankan ibadah sunnah. Tapi ada satu kekurangannya yaitu ia tidak mau berjilbab dan menutup auratnya.

Setiap kali ditanya, ia hanya tersenyum dan menjawab, ”Insya Allah nanti, yang penting hati dulu yang berjilbab.”

Sudah banyak orang menanyakan maupun menasehatinya. Tapi jawabannya tetap sama, “yang penting hati dulu yang berjilbab”

Hingga di suatu malam ia bermimpi berada di sebuah taman yang sangat indah. Taman itu memiliki rumput yang sangat hijau dengan berbagai macam bunga bermekaran, yang bahkan segarnya udara dan wanginya bunga di taman itu dengan sangat jelas dapat dirasakannya. Terlihat pula sebuah sungai yang sangat jernih melintas dipinggir taman. Semilir angin pun seolah tak mau kalah menyapanya dan hadir dengan kelembutannya yang menembus tiap sela jarinya.

Wanita itu ternyata tidak sendiri, ada beberapa wanita lain di situ yang juga terlihat sedang menikmati keindahan taman.

Ia pun menghampiri salah satu wanita di sana. Wajah wanita yang dilihatnya sangat bersih seakan-akan memancarkan cahaya yang sangat lembut.

“Assalamu'alaikum, saudariku”, sapanya

“Wa'alaikum salam. Selamat datang saudariku”, jawab wanita yang ditegurnya

“Terima kasih. Apakah ini surga?”

Wanita yang ditegurnya tersenyum, “Tentu saja bukan, saudariku. Ini hanyalah tempat menunggu sebelum ke surga ”

“Benarkah? Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini. ”

Wanita itu tersenyum lagi, ”Amalan apa yang bisa membuatmu kemari, saudariku ?”

“Aku selalu menjaga waktu shalat dan aku menambahnya dengan ibadah sunnah. ”

“Alhamdulillah..”

Tiba-tiba jauh di ujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu perlahan terbuka, dan ia melihat beberapa wanita yang berada di taman yang sama satu-persatu mulai memasukinya.

“Ayo kita ikuti mereka”, ajak wanita yang ditegurnya tadi setengah berlari.

“Ada apa di balik pintu itu?”, katanya sambil mengikuti wanita itu

“Tentu saja surga saudariku”, jawabnya

“Tunggu, tunggu aku!”, dia berlari sekuat tenaga namun tetap tertinggal meskipun wanita yang dikejarnya hanya setengah berlari

Meski telah mencoba meningkatkan kecepatan larinya, ia tetap tak mampu mengejar wanita tadi, ia lalu berteriak, “Amalan apa yang telah kau lakukan hingga engkau begitu ringan?”

“Sama dengan engkau saudariku”, jawab wanita tadi sambil tersenyum, ia telah mencapai pintu dan sebelah kakinya pun telah melewati pintu.

Sebelum wanita itu melewati pintu sepenuhnya, ia kembali berteriak, sebuah teriakan keputusasaan, “Amalan apalagi yang kau lakukan yang tidak kulakukan?”

Wanita itu menatapnya dengan senyum lalu berkata, “Apakah kau tak memperhatikan apa yang membedakan dirimu dengan diriku?”

Ia sudah kehabisan napas, hingga tak mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan wanita tadi

“Apakah kau mengira Rabbmu akan mengijinkanmu masuk ke Surga-Nya tanpa jilbab menutup auratmu?”, lanjut wanita tadi

Tubuh wanita itu telah melewati pintu, tapi tiba-tiba kepalanya mengintip keluar, memandangnya dan berkata, ”Sungguh sangat disayangkan amalanmu tak mampu membuatmu mengikutiku memasuki surga ini untuk dirimu. Cukuplah surga hanya sampai hatimu karena niatmu adalah menghijabi hati.”

Ia tertegun lalu terbangun, beristighfar, dan segera mengambil air wudhu. Ia menunaikan shalat malam untuk menenangkan hatinya, ia pun menangis dan menyesali perkataanya dulu.

sumber: http://www.facebook.com/IndahnyaBerjilbab?ref=ts&v=info#!/note.php?note_id=476150587504&id=100000335554930*

http://www.facebook.com/note.php?note_id=182967568380456&id=98932247389*

*dengan sedikit perubahan..:D

-------------------


Membaca tulisan tadi seringkali membuat saya merinding, jilbab bagi seorang muslimah bukanlah pilihan, tapi kewajiban!

Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadist riwayat Muslim,

“Ada dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang lain dan para wanita yang berpakaian tapi auratnya terlihat, yang berjalan melenggak-lenggok, sedangkan kepala mereka bagaikan punuk unta yang miring. Mereka itu tidak akan masuk ke dalam surga dan juga tidak akan mencium bau surga. Padahal, harum semerbak surga itu dapat dirasakan dari jarak yang begini dan begini”

Berpakaian tapi auratnya terlihat! Sungguh ironi, untuk apa berpakaian kalau tidak seperti berpakaian? Untuk apa berpakaian kalau fungsi pakaian itu sendiri tidak berjalan sebagaimana mestinya?

Pakai jilbab kan gak keren, percuma dong tadi abis ke salon kalo gak bisa diliatin ke orang lain, mana ini baju dapetinnya susah banget! saya kan cuma butuh sedikit penghargaan!! Gak salah toh?

Penghargaan?

Penghargaan yang bagaimanaaaaaa??

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S Al Ahzab: 59)

Sekali lagi, penghargaan yang bagaimanaaaaaa??

Cukupkah “harga” yang kita inginkan itu dibayar dengan dipandang dan dilihat oleh manusia lain?

Cukupkah?

Tidak! Wanita lebih berharga dari itu!!

Sayang sekali bukan? Padahal Allah menjanjikan harga yang lebih baik untuk wanita yang memuliakan dirinya sendiri. Dan jilbab? itu salah satu caranya..(:!! Ia adalah awal untuk akhir yang baik! Siapa tak ingin akhir yang baik?

“Hijab saya bukan hanya bagian dari identitas agama saya (Islam)
tetapi juga bagian dari keberadaan saya. It is me.” _Hasina, My Name is Khan

Saya teringat pertama kali saya mengenakannya, senangnya luar biasa! Bertingkah seperti bocah labil yang baru pertama kali mendapatkan mainan baru, di rumahpun tak mau ia saya lepas, sampai-sampai kakak saya mengira kalau jangan-jangan saya berpikir kalau ia tidak saya lepas karena ada ayah di rumah (pemikiran yang aneh, memangnya saya sebodoh itu..-____-“?? saya kan hanya terlampau senang dengannya..:D)

“Nes? Beneran baru pake jilbab? Kok langsung pake yang panjang? Gak panas gitu??”

Sedikit geli saya mendengar komentar ini. Pertama, karena jilbab pertama saya tidak terlalu panjang. Kedua, jadi anggapan orang yang tidak berjilbab seperti itu ya melihat wanita yang berjilbab?

Padahal entah mengapa dengannya saya merasa lebih sejuk, tidak hanya menyejukkan suhu tubuh, tapi juga hati..(:

“Huwaaa...teteh...”, komentar teman sekosan yang sudah saya anggap sebagai adik sendiri ketika saya mulai mencoba memanjangkan jilbab saya

“Kenapa?”

“Enggak, takut aja nanti teh nestrinya jadi berubah, gak kayak dulu lagi...”, jawabnya polos dengan mata berkaca-kaca

Hei, hei, memangnya saya power ranger yang dalam sekejap berubah menjadi tokoh lain yang tak bisa dikenali..-____-“??

Tidak! Saya ya saya, tidak mencoba menjadi siapapun, hanya tetap menjadi diri saya, namun tentu saja: saya yang lebih baik..(:

Karena dengannya saya merasa nyaman, dengannya saya merasa kuat, dan dengannya saya merasa terjaga

How come?

Sejak saya mengenakannya saya sering sekali mendapatkan reminder yang datang menampar saya di dalam mimpi. Setiap saya lengah dalam dunia nyata dengan perilaku saya yang kurang pantas, mimpi mengerikan itu datang tanpa berita dan menghentak jiwa saya yang mulai mengeruh

Ya, mimpi itu teramat sering datang, terutama ketika saya sedang sangat lengah dengan tak menghiraukan penjagaan hati saya

Mimpi itu datang dengan perginya, selalu mimpi yang sama, dengan settingan berbeda, namun selalu dalam konteks yang sama, terus dan terus saya alami, mimpi itu datang dengan perginya

 
Dalam mimpi mengerikan itu, ia pergi dari tempat seharusnya ia berada. Dan ironisnya, dalam mimpi, sikap saya akan kehilangannya biasa saja!

Ingin menangis rasanya ketika saya terbangun, kenapa dalam mimpi saya tak merasa kehilangan akan kepergiannya?

ALLAH, DI MANA JILBAB SAYA??

Karena ia tak hanya menutupi mahkota wanita, tapi ia juga menutupi wanita dari kemungkinan melakukan tindakan yang mengotori hati murninya

Sehingga ketika beningnya hati ini mulai memudar... ALLAH, DI MANA JILBAB SAYA??

Karena ia tak hanya menjaga kulit dari terik matahari, tapi ia juga menjaga hati dari sesuatu yang bukan pada tempatnya

Sehingga ketika penjagaan itu melonggar... ALLAH, DI MANA JILBAB SAYA??

Karena ia tak sekedar ada, ia ada untuk membawa keindahan suci bagi para wanita

Sehingga ketika muncul sebesit saja kekaguman akan keindahan semu yang mengunci hati... ALLAH, DI MANA JILBAB SAYA??

ALLAH...

ALLAH...

ALLAH...

DI MANA JILBAB SAYA??

DI MANA???


Sungguh saya tak ingin kehilangannya..)’:







[+/-] Selengkapnya...