Add This...^^d!!

RSS

Minggu, Oktober 10, 2010

what kind of life?

“Ihh..kakak gak takut gitu? entar masuk ke kamar mayat..”, kata seorang adik yang saya kenal dari SMKN tempat saya pernah jadi pembicara di acara pesantren kilat di Sumedang dulu, lewat chatting

“Kenapa harus takut? Toh nanti kakak juga jadi mayat..(:”, jawab saya singkat


Benar kan? Bukan cuma dokter kok yang harus berhubungan dengan kamar mayat. Kalau kita meninggal..masuknya kemana coba? Kamar mayat kan? (Lain lagi ceritanya kalau nanti akhirnya kita dimasukkin ke kuburan, dan lain pula ceritanya kalau setelah itu kita diputuskan tuk masuk ke tempat lain—entah surga, entah neraka)

Jadi kalaupun kita masuk kamar mayat, anggap saja kita sedang mensurvey “tempat perhentian sementara” kita setelah amanah kehidupan dalam diri kita diambil kembali oleh Allah, sang pemilik

Dibandingkan takut masuk kamar mayat atau takut ketemu mayatnya sendiri, saya lebih takut kalau saya jadi si mayat. Saya memang pasti akan jadi mayat, cepat atau lambat. Bisa 40 tahun lagi ketika saya sedang melihat cucu-cucu saya bermain, atau lima detik setelah tulisan ini selesai saya ketik.

Yang manapun, saya pasti akan jadi mayat

Tapi saya sungguh takut kalau saya jadi mayat yang lalai, yang meninggal tidak dalam keadaan mengingat Allah


Sekitar satu minggu yang lalu saya tepat berumur 21 tahun. Mau saya pertanggung jawabkan bagaimana umur saya ini? Sudah saya pergunakan untuk apa saja 21 tahun waktu saya? Malu sendiri saya dibuatnya

Di hari ulang tahun saya kemarin, banyak sekali do’a-do’a yang saya dapatkan dari teman-teman, adik-adik, dan saudara-saudara saya

Senangnya luar biasa, hingga meski memakan waktu berjam-jam untuk sekedar membalas semua do’a yang ada dengan ucapan “amin insyaAllah^^”, saya dengan sangat bersemangat mengirim balasan ke semua yang menghanturkan do’a untuk keberkahan sisa waktu hidup saya itu


Saat itu, ada seorang kakak yang bertanya pada saya kira-kira kalau saya mendapat satu kesempatan do’a yang mujarab, apa do’a yang saya inginkan?

Sebuah pertanyaan yang menarik. Saya pun ingin tahu bagaimana jawaban orang-orang yang lain, do’a apa ya yang mereka inginkan kalau hanya ada satu kesempatan saja untuk do’a itu dikabulkan?

Via Yahoo Messenger, saya iseng bertanya pada beberapa kenalan saya, jawabannya bermacam-macam,

“Masuk syurga" merupakan jawaban dari dua orang kenalan saya

“doa untuk orang tua”

“bahagia dunia akhirat buat saya, keluarga, dan orang-orang yang memperjuangkan jalan Nya :)”

“punya istri seiman yang bisa diajak menjalani kehidupan baik suka maupun duka”

“Selamat dan bahagia dunia akhirat”

“Gw mau hidup gw bermakna”

“pengen semua doa terkabul”

“pengen jadi orang yang keislamannya keren banget biar bener-bener bisa jadi hamba yang menghambakan diri buat Allah”

“mau jadi dokter bedah yang bisa ngebantu banyak orang, terus punya keluarga yang sakinah, terus meninggal masuk syurga”

“menjadi seperti sahabat usman bin affan seorang yang kaya dan dermawan...sehingga bisa membantu banyak orang”

“kebahagiaan buat seluruh umat muslim di dunia”

“sukses dunia akhirat”

“Ya Allah, ijabahlah doa-doa saya selanjutnya”

“Pengen Indonesia jd sejahtera :) Fisik-Spiritual”

“jadi manusia cerdas, bermanfaat, bahagia dunia akhirat”

“Bahagia di dunia ama di surga :D”

“Kebahagiaan hidup akhirat dan dunia bersama keluarga”

Jawaban-jawaban yang membuat saya merinding sendiri, mengingat beberapa alasan luar biasa yang mereka jabarkan mengenai do’anya itu

Ini bukan masalah menentukan do’a siapa yang paling benar, saya tidak punya hak untuk itu

Tapi jawaban mereka sungguh luar biasa, mengingat itu juga adalah pertanyaan yang luar biasa: Do’a apa yang kita inginkan jika hanya ada satu kemungkinan untuk dikabulkan?

Kalau begitu, bukankah berarti jawaban yang diberikan juga adalah jawaban yang mewakili keinginan terbesar dalam hidup? Hidup seperti apa yang ingin kita jalani?

Hidup seperti apa yang ingin SAYA jalani?

Saya pribadi ketika ditanya oleh sang kakak, kira-kira kalau saya mendapat satu kesempatan do’a yang mujarab, apa do’a yang saya inginkan?

Saya memberikan jawaban “meninggal dalam keadaan penuh cinta pada Allah^^/!!” (lengkap dengan smiley dan dua tanda seru..:D)

Karena saya sungguh ingin seperti itu

Saya tidak ingin menjadi hambaNya yang melupakan Allah dan menghabiskan penghujung umur saya dalam kelalaian, ataupun dalam maksiat

Seperti cerita Barseso, seorang ahli ibadah yang zahid—menjauhkan diri dari kehidupan dan godaan duniawi. Barseso menghabiskan hidupnya hanya untuk beribadah dan mendekatkan diri pada Allah, hingga akhirnya sebuah kelalaian dan godaan syaitan datang menghampirinya di ujung hidupnya (yang tadinya ingin ia luruskan kembali dengan bertaubat). Ia menutup hidupnya dalam keadaan lalai, mulai dari melakukan dosa yang dianggapnya paling ringan, ia pun meminum khamar. Kemudian dosanya dengan segera bertambah menjadi berzina, dan bahkan membunuh. Hidupnya pun akhirnya berakhir dengan hukuman mati


Saya tidak ingin seperti itu!

Saya ingin akhir yang baik, meninggal dengan tidak melupakan Allah, meninggal dengan penuh rasa cinta hanya pada Allah

Bukan pada manusia

Bukan pada dunia


Tapi saya kan tidak tahu kapan akhir hidup saya, kisah Barseso tadi adalah contohnya, kalau misalkan saya lalai dan melupakan Allah meski untuk sebentar saja, dan ternyata waktu yang sebentar itulah waktu dimana akhir hidup saya berada, bagaimana?

Menunda shalat misalnya. Kalau misalnya saya sedang berada di luar dan sedang ingin naik angkutan umum untuk pulang ke rumah ketika azan tiba-tiba berkumandang, apa saya akan tetap naik angkot dan berpikir untuk sholat di rumah saja? Lantas bagaimana kalau angkot yang saya naiki tiba-tiba tertabrak oleh truk besar dan saya pun meninggal? Saya kan belum sampai rumah, berarti saya mengakhiri hidup saya dalam keadaan belum sholat, dalam keadaan sedang melalaikan Allah

Atau misalnya saya melakukan tindakan lain yang memaksa saya untuk meletakkan keimanan saya barang sejenak. Namun bagaimana kalau ternyata yang “sejenak” itu justru menjadi saat terakhir hidup saya?

Apa saya bisa menjamin bahwa saya masih mampu mencapai “segera” ketika pikiran untuk segera bertaubat setelah sedikittttttt saja melalaikan diri dalam kehidupan dunia terlintas dalam benak?

Tidak

Tidak saya

Tidak siapapun

Tidak akan ada yang bisa

Lantas ingin kita habiskan seperti apa hidup ini?

[+/-] Selengkapnya...

Senin, Oktober 04, 2010

Profesi yang paling tidak saya suka adalah dokter

see what no one else see
see what everyone else choose not to see
on a fear conform in relation
see a whole world a new, each day..
_patchADAMS
...(lihatlah dunia dengan cara yang tak biasa^^/!!)



Profesi yang paling tidak saya suka adalah dokter

That’s the true rightness in my mind

Tapi saya kan bukan mereka, dan saya tak bisa memaksakan mereka untuk menjadi seperti saya

Yasudahlah yaaa..

Mereka ya mereka, saya ya saya

Dokter kan hanya sekedar tittle, gelar, yang diberikan oleh manusia

Bukankah dokter adalah seseorang yang membantu orang lain?

Itu kan yang selalu disebutkan oleh polosnya anak kecil ketika ditanya alasannya mengapa ingin menjadi dokter? Ingin membantu orang lain

Karenanya saya yakin, tak perlu menjadi dokter untuk menjadi dokter

Namun dokter yang sesungguhnya adalah dokter yang mampu menyewa ruangan dalam hati pasien

Mengisinya dengan obat yang tak disediakan oleh pabrik obat manapun, bukan untuk mencegah kematian, tapi untuk meningkatkan kualitas dari kehidupan sang pasien

Mengisinya dengan kegembiraan

Mengisinya dengan tawa

Bukan dengan tekanan

Ah, bukan berarti saya akan menghentikan perjuangan ini

Saya akan tetap berjuang menjadi dokter, dalam arti meraih gelarnya

Tapi bukan tulisan “dr” yang ingin saya kejar, bukan sebutan “bu dokter” yang ingin saya dengar

Saya ingin menjadi dokter dalam arti sesungguhnya

Menolong orang lain

Tanpa basa

Tanpa basi

American Journal of Medicine telah menemukan fakta bahwa tawa dapat meningkatkan sekresi cathecolamine dan endorphin yang dapat meningkatkan oksigenasi darah, relaksasi arteri, menguatkan kerja jantung, dan menurunkan tekanan darah, yang kesemuanya memiliki efek positif pada semua penyakit kardiovaskular dan penyakit pernafasan, serta peningkatan secara keseluruhan dari respon sistem kekebalan tubuh

[+/-] Selengkapnya...