Add This...^^d!!

RSS

Selasa, Desember 07, 2010

Life is sooooo beautiful, isn’t it^^??

5 Desember 2010

Life is sooooo beautiful, isn’t it^^??

“Jalan hidup tak selamanya indah, ada suka, ada duka. Jalani semua yang kau rasakan, kita pasti bisa”

Syair lagu edcoustic ini bener banget nih! Namanya juga hidup, pasti ada seneng, ada sedih, ada ketawa, ada nangis, ada pertemuan, ada perpisahan, hidup itu seimbang tul? Sinetron aja kalau gak ada adegan nangisnya gak laku, dorama jepang kalau gak ada adegan marahnya gak seru, telenovela juga..kalau isinya tokoh protagonis semua gak bakalan diputer di Indonesia dehh..d;

But, that’s a life! Itulah hidup! Gak asik kalau cuma seneng-seneng aja, gak berkesan kalau gak ada konflik dan masalahnya, tul?

Masalah dalam hidup mah pasti ada, hidup kan memang penuh masalah, karena kalau gak ada masalah...berarti kita gak hidup..d;!! hohho...^^V

Lagipula, kalau gak ada masalah, kapan kita bisa melatih rasa sabar dalam diri? Semakin besar masalah yang datang dan semakin teguh sabar yang kita pancangkan di hati, bukankah akan semakin indah pula manisnya kebahagiaan yang akan kita rasakan kemudian^^?

Life is so beautiful! Gak usah diperumit. Gak usah manja!

Sederhananya, hidup adalah seni mengelola masalah, menemukan hikmah dalam setiap ujian, memunculkan cahaya yang tersembunyi dalam kegelapan yang meliputi

Kemarin di bis menuju Jakarta saya berbincang dengan seorang mbak tentang kakaknya yang baru saja menerima medali perak karena menang dalam lomba lempar lembing. Dan luar biasanya olimpiade yang diikuti kakaknya adalah olimpiade yang diselenggarakan oleh suatu badan khusus bagi penyandang cacat, ya kakak mbak ini adalah penyandang cacat. Ia terserang virus polio semasa kecil dulu sehingga meski badannya berukuran normal, namun ia mengalami kesulitan dalam berjalan karena perkembangan kakinya terhenti, dengan ukuran yang sangat kecil

Hal luar biasa lagi yang saya dengar dari mbak ini adalah sang kakak yang tadi diceritakannya adalah anak nomor dua, tepat di atas mbak ini yang merupakan anak ketiga. Sewaktu sekolah dulu kakak pertama mbak ini yang juga laki-laki (sama dengan kakak keduanya yang tadi) sengaja mengurungkan niatnya untuk masuk sekolah negeri karena ingin menemani adik laki-lakinya itu (kakak kedua si mbak maksudnya..:D) untuk masuk pesantren, karena kakak kedua ini sangat ingin sekali masuk pesantren

Luar biasa bukan? Pertama, pengorbanan dan kasih sayang kakak pertama dari lima bersaudara ini begitu besarnya pada adiknya. Kedua, kakak kedua si mbak ingin masuk pesantren atas kehendak sendiri! Hal yang cukup jarang ditemukan dalam masa kini..(:

Hidup ini indah! Jadi nikmati saja, just let it flow..^^V!!

Jangan banyak mengeluh, tapi perkayalah rasa syukur dalam diri!

Kalau senang..bersyukur, kalau sedih..bersabar. It’s jut so simple like that, right^^??

Susah sih prakteknya, tapi kata siapa susah berarti gak bisa??

Percayalah pada diri sendiri kalau kita bisa menanganinya!

Gak mudah memang, tapi hidup kan bukan mi instan yang nikmatnya bisa dirasa hanya dengan menunggu 3 menit saja

Semakin berat penderitaan dan kesedihan yang kita rasakan, semakin indah luarbiasa ketika kebahagiaan akhirnya datang menyapa..(‘:

“Sabar yaaa sayang”, masih terngiang dengan jelas kalimat para tante dan om di kumpul keluarga tadi pagi, “Gak papa kok tek pik, justru kita bisa jadi lebih kuat karena ini”

Ajaba li amril mukmin, begitu kata Rasulullah. Artinya, sungguh ajaib orang mukmim itu. Mengapa? Sebab ketika ia mendapat kenikmatan, maka ia bersyukur, dan ketika mendapat musibah, ia bersabar

Masalah itu adalah bukti cinta Allah pada kita kok, jadi..semoga dengannya kita bisa semakin berada dalam naungan cintaNya ya..(‘:??

[+/-] Selengkapnya...

Senin, November 22, 2010

Allah adalah Tuhan saya

Tulisan saya mencermikankan karakter diri saya?

Karakter seperti apa yang diketahui orang-orang terhadap diri saya?

Ya Allah...benarkah pujian-pujian mereka?

Saya hanyalah pembohong besar!


Pemimpi yang berharap mimpinya dianggap hebat oleh orang lain!!

Atau ketakutan saya ini yang merupakan kebenaran sesungguhnya?


Ya Allah, ampuni saya, saya sungguh takut terlena dengan semua pujian-pujian ini...)’:

Ampuni saya ya Allah...

Apakah saya harus berhenti menulis kalau semua tulisan ini justru menghantarkan saya ke depan jurang kesombongan? menghantarkan saya dengan sukses untuk semakin menjauhkan diri ini dari cahaya cintaMU???


Ya Allah, saya sungguh ingin meninggal dalam keadaan mengingatMu, namun tentu saja saya tak tahu dan tak akan pernah tahu kapan waktunya engkau akan menjemput saya, lantas apa yang harus saya lakukan??

Dalam salah satu tulisan saya ya Allah...saya sendiri sadar dengan mengutarakan bahwa itu berarti bahwa saya tidak boleh lengah sedikitpun! Ya, sedikitpun saya tidak boleh lengah!!

Karena jemputan mautMu bisa datang kapan saja

Tapi ya Allah...sungguh saya sedang berada dalam titik terendah seorang hamba, titik terendah di mana tepat luar biasa posisi saya sekarang menggambarkan kemampuan diri yang menangis karena ketidakmampuan untuk menangis, benarkah tangisan saya ini adalah tangisan ketidakmampuan saya untuk menangisi diri yang lalai?

Ingin rasanya saya membela diri dan mengatakan tidak!
Bukan, ini memang tangisan penyesalan tulusmu, nestri! Tapi saya rasa hati saya saat ini begitu keruhnya hingga tak mudah lagi bagi saya untuk mempercayai diri saya sendiri..):

Ya Allah, jauhkanlah saya dari segala apa yang bisa membuat saya menjauhkan diri saya sendiri darimu ya Rabb..):

Saya mohon ya Allah...

Saya mohon ya Allah..

Saya sungguh ingin memiliki ketakutan hanya padaMu, dengan mewujudkannya dalam bentuk kehati-hatian diri dalam menjalankan hidup dan mewaspadai hidup itu sendiri untuk tidak mendekati hal-hal yang membangkitkan murkaMu. Namun kenapa terkadang untuk memohon hal ini saja saya merasa tidak pantas?? Saya merasa saya adalah serendah-rendahnya hamba dihadapanMu ya Allah, setidak berartinya makhluk di hadapanMu

Padahal tentu saja bukan itu yang terjadi, dalam janjiMu bahkan Engkau lebih dekat dari urat nadi saya sendiri, bukan begitu duhai kekasih? Dan bukankah tidak mungkin Engkau berada sedekat itu pada ia yang tidak berharga bagiMu?

Namun sungguh hati ini begitu picik mengharapkan cintaMu tanpa memberikan banyak cinta saya untukMu, ya Allah...seandainya penghalang cinta saya ini padaMu adalah karena sedikitnya kecintaan dan rasa cinta yang saya miliki terhadap apapun yang ada, kumohon bantulah saya ya Allah, bantulah saya untuk dapat jadi lebih peka terhadap apapun di dunia ini, karena sungguh siapa saya? Siapa saya tanpa pertolongan dan rahmat dariMu ya Allah?

Sungguh saya bukan siapa-siapa, sungguh saya tidak berharga sampai saya memberi harga pada diri saya sendiri..)’:

Karenanya ya Allah, saya yakin saya berharga, dan saya harus menjaga harga ini! Saya tidak ingin lengah lagi, kapanpun, mulai saat ini, saya sungguh tidak ingin lengah dan terjerumus lagi dalam jurang kelalaian, sehingga apapun itu yang akan saya sebarkan, apakah itu untuk para adik, orangtua para adik, dan siapapun itu, bukanlah suatu kebohongan, dan bukan pula khayalan semu buah dari imajinasi penciptaan karakter seorang nestri yang mereka inginkan


Karena saya berhak utuk lebih mengenal diri saya sendiri! Saya berhak untuk menjadi diri saya sendiri!!

ya Allah, ijinkanlah saya menjadi orang beriman yang dalam setiap tatapanku adalah pandanganMu, yang dalam setiap hembusan nafasku adalah deru cinta padaMu, sang pemilik cinta sejati..

ya Allah, saya ingin membangun cinta karenaMu, dan hanya karenaMu. Maka ridhoilah usaha saya untuk menjaga diri ini dari siapapun yang belum halal bagi saya, menjaga hati ini dari keakraban yang berlebih dari mereka yang belum tentu adalah imam bagi saya dan buah hati saya. Menjaga ucapan agar tidaklah berlebihan dan membuat orang lain mengelu-elukan saya, karena saya sama sekali tidak ingin terjebak dalam perangkap kesombongan! Menjadi seseorang yang jujur, dengan menjadikan orang lain hanya sebagai sosok pembelajaran, dan bukan sebagai kerangka pembentukan pribadi diri.

Karena saya adalah saya, dan cukuplah Engkau Ya Rabb sebagai sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik tempat bertanya..(:

ya Allah, saya sungguh ingin mengatakan bahwa saya mencintaiMu, saya tau bahwa Engkau bahkan tak perlu kata-kata romantis dari saya untuk membuktikan cinta saya padaMu, tapi saya ingin sekali mengatakan dan berteriak bahwa saya memiliki Engkau, Engkau yang begitu luar biasanya sehingga saya tak lagi memerlukan tempat lain untuk bersandar

Dan meski terasa konyol, tapi layaknya kalimat cinta yang kerap saya ungkapkan seperti “saya mencintaimu karena Allah”, rasanya ingin juga saya ungkapkan padaMu ya Rabb


Tapi bagaimana? Saya benar-benar merasa konyol saat ini, bukankah aneh bagi saya untuk mengatakan “Allah, saya mencintaiMu karenaMu”..:D

Wah, saya benar-benar makin merasa konyol karenanya


Tapi setelah berpikir ulang, agaknya tidak ada yang salah bukan duhai kekasih hati dengan kalimat saya tadi?

“Saya mencintaiMu karenaMu” berarti Saya mencintaiMu karena Engkau adalah Tuhan saya. Karena bukankah nikmat terbesar dalam hidup adalah Engkau, ya Allah, adalah Tuhan Kami..(‘:??

“Allah, saya sungguh mencintaiMu karenaMu...”

Bismillah, semoga saya berhasil menjemput syurgaMu, dan setiap detik yang akan datang hingga mautMu menjemputku adalah tiap detik di mana akan semakin bertambah kecintaanMu padaku, karena meski Engkau Maha Adil, saya adalah pencemburu yang handal, hingga rasanya saya tidak rela kalau saya tidak dicintai olehMu..^^V


ya..meskipun Engkau tentu saja lebih cemburu ketika hambaMu mendekatkan diri pada hal lain dengan kedekatan yang lebih besar daripada kedekatannya padaMu

Jadi...karena saya sangat ingin dicintai olehMu, saya akan berusaha semaksimal mungkin agar tiap denyutan jantung yang masih akan berdetak akan semakin menambah rasa cinta saya pula padaMu, kan tidak adil kalau saya hanya ingin menerima tanpa memberi apapun. Rasanya saya malu karena Engkau telah banyak memberi saya nikmat dan karuniaMu sedangkan saya bahkan belum memberi apa-apa yang berarti untukMu, meski tentu saja di lain sisi Engkau tidak membutuhkan apapun dari saya..:D

Ahh...ingin sekali rasanya saya berteriak,


“Allah, saya sungguh mencintaiMu karenaMu...”

Dan sekali lagi, saya benar-benar bersyukur karena Engkau Allah, adalah Tuhan saya..(:

[+/-] Selengkapnya...

Jumat, November 19, 2010

menjadi syurga

She wakes early in the morning with a smile
And she holds my head up high:
"Don’t you ever let anybody put you down-‘Coz you are my little angel"
(Ia selalu bangun di pagi hari dengan sebuah senyuman, kemudian diangkatnya kepalaku dan ia berkata: “Jangan kamu biarkan orang lain meremehkanmu, karena kamu adalah malaikat kecilku”)

Then she makes something warm for me to drink -
‘Coz it’s cold out there, she thinks
Then she walks me to school - yes, I ain’t no fool, i just think my mum is amazing

(Lalu ia membuatkan sesuatu yang hangat untuk kuminum, karena menurutnya diluar sangat dingin.
Lalu ia mengantarkanku ke sekolah, dan aku tidak perlu merasa malu karenanya, yang kurasakan hanyalah ibuku adalah seorang ibu yang luar biasa)

She makes me feel - Like I can do anything
And when she’s with me there’s nowhere else I’d rather be

(ia selalu membuatku seolah dapat melakukan semua hal, dan ketika ia berada di dekatku, tidak ada satu tempat lainpun bagiku yang lebih baik dari sisinya)

After school, she’s waiting by the gate
I’m so happy that I just can’t wait to get home to tell her how my day went
Eat the yummy food only my mum makes

(sepulangnya dari sekolah, ia sudah menungguku di gerbang sekolah,
aku sungguh merasa senang hingga tak sabar untuk segera pulang dan menceritakan bagaimana aku menghabiskan hari di sekolah, sambil makan makanan lezat yang hanya mampu dibuat oleh ibuku)

Then I wind her up ‘coz I don’t want to bath
And we run around the house with a laugh
No matter what I say, she gets her way
I think my mum is amazing

(Kemudian aku melarikan diri darinya karena aku tidak mau mandi,
dan kamipun berlari berkejar-kejaran mengelilingi rumah dengan senangnya,
namun tidak peduli apapun yang aku katakan, ia selalu saja berhasil menangkapku,
sungguh ibuku adalah ibu yang luar biasa)

In the evening, she tucks me into bed
And I wrap my arms around her head
Then she tells me a tale of a girl far away - who one day became a princess

(Setiap malam ia menghantarku ke tempat tidur, dan akupun melingkarkan tanganku untuk memeluknya, kemudian ia akan mulai bercerita tentang kisah seorang gadis nun jauh di sana yang suatu hari akan menjadi seorang putri)

I’m so happy - I don’t want her to leave
So she lies in bed with me
As I close my eyes, how lucky am I - to have a mum that’s so amazing

(Begitu senangnya aku hingga aku tidak mau ia meninggalkanku,
maka ia pun ikut berbaring menemaniku, dan ketika aku menutup mataku, aku berpikir betapa beruntungnya diriku karena memiliki seorang ibu yang luar biasa)

Then I wake up in the morning - she’s not there
And I realise she never was
And I’m still here in this lonely orphanage - with so many just like me

(Kemudian akupun bangun kembali di pagi hari, tapi ia tidak ada, dan akupun menyadari bahwa ia memang tidak pernah ada, sedangkan aku tetap berada di sini dengan kesendirianku sebagai seorang anak yatim-piatu, dengan masih banyak lagi anak lain sepertiku)

And as my dreams begin to fade
I try hard to look forward to my day
But there’s a pain in my heart that’s a craving:
How I wish I had a mum that’s amazing

(Dan ketika mimpi itu semakin memudar, akupun berjuang keras untuk tetap mampu melangkah ke depan, tapi tetap saja rasa sakit karena harapan yang membuncah itu menusuk-nusuk jiwaku, sungguh, betapa aku menginginkan kehadiran seorang ibu yang luar biasa)

Would be amazing

(Karena ia pasti adalah seorang ibu yang luar biasa)
------------


Lagu yang sangat menyentuh di awal, tapi menyentak di akhir

Then I wake up in the morning, SHE’S NOT THERE, and i realize SHE NEVER WAS


Sebuah nyanyian rindu seorang anak yang mencoba membayangkan ibu yang kasihnya tidak pernah ia rasakan

Saya benar-benar kaget ketika ternyata kisah sang anak dan ibunya di awal lagu ini yang begitu manis ternyata hanyalah bayangan sang anak yang hanya bermimpi, bermimpi bahwa ia memiliki seorang ibu, yang bahkan ketika bangun pun ia yakin bahwa seandainya ia memiliki ibu, ibunya pasti adalah seorang ibu yang luar biasa

How I WISH i had a mum that’s amazing. Would be amazing

Betapa menyedihkan mengingat beberapa dari kita yang masih memiliki ibu—atau setidaknya pernah merasakan kasih sayang seorang ibu—sering mengeluh tentang ibu kita yang terkadang tidak satu pemikiran atau sering menentang keinginan kita

Betapa kita bukanlah anak yang baik

Betapa SAYA sangatlah jauh dari sifat seorang anak yang baik

Padahal, seperti apapun seorang ibu—bahkan seburuk apapun, ia tetaplah seorang ibu, wanita biasa dengan status luar biasa: IBU

Bukankah menjadi ibu adalah menjadi syurga? Dan bukankah membesarkan seorang anak sama halnya dengan membesarkan masa depan?

Sebuah tugas yang luar biasa bukan untuk dilakukan oleh seorang wanita biasa?

Dan betapa saya juga sangat merindukan status mulia itu...(‘:


untuk mendownload lagu yang saya maksud, mangga klik myMOMisAMAZING ini^^

[+/-] Selengkapnya...

Kamis, November 18, 2010

panggilah dengan indah..(:

“ih teh nestri kayak anak kecil”

Rasa-rasanya biasa saja seandainya yang mengucapkan kalimat tadi adalah seorang adik yang hanya berbeda beberapa tahun dari saya, tapi yang mengucapkan ini adalah adik kecil kelas 4 SD, EMPAT SD!! Dibilang kayak gitu saya benar-benar bingung harus bereaksi seperti apa, apalagi adik ini sampai mengulang dua kali kalimat yang persis sama hanya selang beberapa hari setelah hari itu...-__-“

“Aku gemes deh sama teteh, pengen aku cubit rasanya”, kalau yang ini dari adik kelas 5 SD yang ngeliat saya autis sendiri main muter-muterin badan karena terlampau asik nikmatin cuaca pagi di lapangan sekolahnya

“Loh? Emang kenapa dek?”
“Abis teteh lucu kayak anak kecil”
“....”

Sebenarnya bukan masalah saya yang seperti anak kecil yang ingin saya utarakan di sini, tapi betapa jujurnya mereka berkata. Memang tidak selalu hal yang baik dan merupakan pujian yang mereka utarakan, dan saya ingat sekali dengan kata-kata seorang adik lain yang berkata “teh nestri mah meni judes”, atau “teh nestri pelit”, dan lain sebagainya. Tapi itulah mereka: jujur (meski terkadang mereka memang sengaja menggoda saya..-_-a)

Kenapa mereka bisa begitu jujurnya? Karena mereka masih kecil? Ah, agaknya tidak. Masih tersimpan dengan rapi dalam inbox sms saya ungkapan jujur dari seorang adik SMKN 2 Sumedang di hari setelah saya mengisi acara pesantren kilat Ramadhan di sekolah mereka,

“Aku dari awal melihat teteh, subhanallah seperti ada seorang remaja muslim yang membangkitkan semangat dalam hati aku. Aku senang melihat cara teteh bicara begitu halus dan sopan.. Aku melihat teteh seperti siti aisyah yang cantik juga cerdas.. InsyaAllah, kalau aku dekat atau jadikan sahabat teteh alangkah bahagia.. Tapi aku malu.. :)”

Dan entah kenapa hanya selang 3 menit datang sms yang nyaris sama dengan konteks yang sedikit berbeda dari adik yang mengirim sms tadi,

“Aku dari awal melihat teteh, subhanallah seperti ada sayap putih yang mengepakan semangat dalam hati. Aku senang melihat cara teteh bicara begitu halus dan sopan.. Aku melihat teteh seperti siti aisyah yang cantik juga cerdas.. Sehingga aku malu.. :)

Sungguh saya masih sangat jauh dari sayidina Aisyah dengan akhlaq dan kecerdasannya yang luar biasa, dan kalimat adik ini tentu bukanlah sebuah fakta, tetapi hanyalah sebuah opini semata. Sebuah ungkapan jujur dari seorang adik

Kenapa mereka bisa begitu jujurnya? Karena masih kecil?
Tapi adik ini adalah pelajar SMK! Kelas dua pula..

“Terbang aja”, sms yang ini meski tidak masuk akal, tetap saja menggelitik perut saya karena polosnya seorang adik kelas enam SD yang meminta saya yang sedang ada di Jakarta untuk main ke Garut detik itu juga. Adik ini bercerita kalau ia sedang sangat merindukan saya saat itu. Jujur sekali bukan? Meski sangat khas anak kecil..:D

“Kak, di sana hujan gak? Di sini hujan besar, mau ikutan dingin-dinginan kak? Kakak lagi di rumah atau di kampus? Kak, kak wita mau maafin aku? Aku sudah minta maaf sama kak wita, hanya satu yang maafin aku yaitu bintang. Bintang itu sangat manis tetapi dia di Jakarta bersama bulan yaitu kak Nestri dan naoval. Tolong dibales kak. BALES”, ini adalah sms dari adik yang sama dengan yang menyuruh saya terbang ke Garut tadi..:D

Naufal itu adik kandung saya (meski adik ini tadi salah menyebut nama naufal..-__-“) yang sering saya ceritakan pada adik lain yang saya kenal, jadi wajar kalau para adik seolah sangat mengenal naufal saya ini...(:
Dan waooo, saya adalah “bintang” dan naufal adalah “bulan”...*-*/!!, benar-benar senyum-senyum sendiri saya dibuatnya. Sekali lagi ini bukanlah fakta, ini hanyalah opini, sebuah ungkapan jujur dari para adik...(:

Sikap mereka yang seperti inilah yang membuat saya semakin menyayangi mereka, ya saya sangat menyayangi mereka, saya sayang mereka karena Allah..(:!!

Belakangan ini saya membandingkan bagaimana para adik bersikap dengan sikap beberapa orang dewasa yang lain. Saya sungguh heran ketika dalam pergaulan rasanya sangat biasa sekali memanggil orang dengan sebutan, “nyet” (agaknya berasal dari kata monyet), “ ‘ndut” (gendut), “sapi”, “jelek”, atau sebutan-sebutan lain yang tidak ada unsur mesranya sama sekali

Kenapa ya?

Yang terkadang membuat saya semakin heran adalah ketika orang yang dipanggil demikian terlihat senang dengan panggilan barunya. Kenapa?

Apakah karena orang ini berjiwa besar yang demikian besarnya sehingga mampu terus bersabar meski dihina?

Begitukah?

Tapi kalaupun begitu, bukankah Rasulullah menganjurkan kita untuk memanggil teman kita dengan panggilan yang disukainya? Layaknya panggilan “ya khumaira” (yang kemerah-merahan) yang Rasul sematkan pada sayidina Aisyah?

Bukankah begitu?

Mungkin panggilan-panggilan aneh tadi memang terkadang disukai dan terkesan mampu lebih mengakrabkan diri satu sama lainnya (mungkin karena dianggap hanya orang-orang terdekat yang berani memanggil seperti itu), tapi saya yakin pasti ada setidaknya setitik bentuk penolakan dalam diri orang yang diberi “nama panggilan” itu

Saya teringat ketika saya harus mencari suatu data dari teman saya yang sering dipanggil “nenek”, saat itu saya mengetik nama “nenek” di searching list facebook saya untuk melihat informasi yang ada, tapi namanya tidak ada di friend list saya (secara nama aslinya bukan “nenek”..-__-), dan saya sungguh menghabiskan banyak waktu untuk berfikir siapa nama asli teman saya ini (untuk mengingat kacamata yang baru saya letakkan saja bisa makan waktu berhari-hari, apalagi untuk mengingat hal-hal semacam ini..-__-a??)

Begitulah nama panggilan, terkadang disematkan dengan alasan yang juga mengatakan sebagai sebuah ungkapan kejujuran untuk menggambarkan kepribadian diri, tapi kan...panggilan yang bagaimanaaaaa?? Panggilan-panggilan yang menegaskan kekurangan seseorang?

Bingung sendiri saya dibuatnya, apa karena mereka dewasa dan para adik masih kecil? Inikah pergaulan orang dewasa saat ini? Kalau iya, saya tidak ingin bergabung dalam geng orang dewasa itu, biarkan saja saya tetap menjadi anak-anak seperti dalam kisah peter pan..d;

Tapi rasanya tidak, anak kecil juga banyak yang menggunakan “nama panggilan” semacam itu, sebaliknya orang dewasa (atau remaja menengah?) seperti adik SMKN yang saya ceritakan tadi juga banyak yang mampu memberi panggilan yang sangat mesra

Lantas kenapa? kalau seperti ini berarti bukan faktor usia dan kedewasaan yang berperan kan? Lantas apa?

Bersihnya hati adalah jawabannya

Terkadang ketika kita ingin memberikan sebuah pujian yang ikhlas, kalimat pujian itu terhenti begitu saja di tenggorokan

Kenapa?

Susah sekali rasanya memuji orang lain jika hati kita tidak bersih, tidak ikhlas dengan apa yang ingin kita sampaikan. Sehingga kalaupun berhasil terlontar, kalimat tersebut terasa sebagai kalimat kosong tanpa makna dengan bumbu kebohongan sebagai kemasannya

Karenanya, bersihkan hati, sucikan jiwa.

Saya pribadi tidak menyarankan untuk selalu memuji orang lain, pujian memang perlu, tapi rasanya tidak untuk selalu dielu-elukan

Sebuah pujian sangat rentan mengantarkan orang ke jurang kesombongan, padahal bukankah inahu la yuhibbu manka la munta lan fakhuur?? Sesungguhnya Allah membenci orang yang sombong dan membanggakan diri

Tapi rasanya kalau untuk panggilan, tidak ada yang salah dengan memanggil dengan panggilan yang disukai seseorang. Kalaulah sulit menentukan panggilan apa yang disukai, bukankah setiap orang memiliki sebuah do’a yang melekat dalam dirinya: nama
Sebuah perwujudan harapan orangtua yang diberikan pada buah hatinya yang berharga. Kalau begitu, panggil saja dengan namanya yang sudah ada. Tidak sulit bukan..(:??

Nama saya Nestri, dan meski terdengar hebat, saya tidak suka dipanggil “bu dokter”, jadi saya cukup senang kalau dipanggil dengan Nestri..(:

“Anggap aja do’a nes”, kata seorang teteh ketika saya mengutarakan ketidaksukaan saya dengan sebutan bu dokter tadi

Tadinya sih saya mengiyakan, “iya juga ya teh? teteh pinter!”, tapi kok...asa tetap saja saya tidak suka ya?? Selain karena saya memang belum jadi seorang dokter, menjadi dokter memang bukan sesuatu yang saya sukai. Sehingga mendengar seseorang memanggil saya dengan sebutan ini membuat saya merasa sangat tidak nyaman (inilah salah satu alasan mengapa saya sangat sadar betapa memanggil seseorang dengan panggilan yang disukainya sangat penting)

Dan itulah pelajaran berharga yang kembali saya dapatkan dari para adik, panggilah dengan jujur, panggilah dengan panggilan yang disukai seseorang, karena ucapan adalah do’a, dan apa-apa yang kita sebutkan juga berarti adalah do’a kita untuk orang lain. Karenanya, panggilah ia dengan indah..(:

[+/-] Selengkapnya...

Senin, November 01, 2010

bermain dengan alam


saya sukaaaaaa sekali dengan wangi rumput

saya juga sukaaaaaaa sekali dengan wangi tanah yang terkena siraman air hujan

tak kalah juga rasa sukaaaaaaaaa ini terhadap bulan dan bintang yang kini jarang sekali terlihat di langit malam....)’:

saya juga sukaaaaaaaa sekali dengan serangga-serangga, meski kalau untuk yang ini saya lebih suka mengamati mereka dari jarak jauh, maaf ya pak serangga, ibu hexapoda, saya sedikit takut dengan bapak dan ibu, apalagi sama om periplaneta americana yang menulisnya di tulisan ini saja sudah membuat saya merinding berkali-kali (maaf lohh om peri, seandainya waktu kecil dulu saya gak ditakut-takuti sama om peri...T^T)

eh? apa? ada yang gak tau apa itu periplaneta americana?? itu nama latin dari kecoa (tuh kan, saya merinding lagi...T________T)

gyuuuu...


di samping saya sekarang juga ada serangga yang sedang bingung karena posisi badan nya dalam keadaan terbalik (dan agaknya ia kesulitan membaliknya ke posisi semula), tapi.....nanti ya tante serangga, saya kumpulin keberanian dulu buat ngebantu tante...;D


kenapa saya jadi merambat ke duni per-serangga-an ya? bingung sendiri saya...(-_-a)


sebenarnya saya juga tidak tahu mau saya bawa ke mana arah tulisan ini, saya hanya ingin sedikit melarikan diri dari segala penat diri dengan apa-apa yang saya suka ini


Tapi belakangan ini kalaupun saya sempat berjalan di dekat bu rumput, jarang sekali saya sempat untuk menghirup aromanya sepuas hati, bahkan lebih sering bagi saya tidak dapat menghirup apa-apa karena terlalu tergesa-gesa

Bulan dan bintang juga kian hari kian jarang menampakkan dirinya (sepertinya karena sekarang sudah resmi masuk musim penghujan, jadi langit semakin jarang terlihat cerah..T^T), padahal saya sangat merindukan kehadiran mereka...

Pak siput pun sudah lama tidak terlihat, padahal sekarang sudah musim hujan, ke mana perginya yaaaa?? Pak siput, saya rindu ingin menyapa bapak lagi...)’:

Kalau dipikir-pikir, saya sering ditertawakan kalau terlihat oleh teman sedang menyapa bu rumput atau dek kucing, padahal kan seru... \(´▽`)/!! Tapi agak seram juga ya kalau mereka membalas sapaan saya... (¬_¬"). Tapi sebenarnya senang juga kalau sapaan saya dibalas dengan “meongg” dari dek kucing atau sekedar lambaian mesra dari bu rumput yang tertiup angin... (◦'⌣'◦) (meski kalau dengan pak ayam saya lebih senang kalau mereka bereaksi dengan melarikan diri dari kejaran saya, entah kenapa saya suka sekali mengejar-ngejar ayam, jadi ingat waktu di Garut dulu saya pernah main kejar-kejaran di lapangan bola dengan keluarga ayam di sana... (◦'⌣'◦), wah, seru sekali pokoknya^^/!!)


Saya benar-benar merindukan itu semua...


Tapi kapan ya saya bisa meluangkan waktu untuk bernostalgia dengan mereka? Bercanda riang dengan alam?


Jalan pintas memang, tapi yang terpikirkan oleh saya saat ini adalah jalan-jalan ke kebun binatang, meski tidak bisa bermain secara bebas dengan binatang-binatang di sana, saya toh tetap bisa berbincang dengan mereka^^ (asal tidak ada yang menganggap saya aneh saja..-_-a)


Tapi kapan ya? Rencana saya ke Garut untuk bertemu dengan para adik saja harus saya tunda terus dan terus..)’:


Agaknya ujung dari ini semua adalah manajemen waktu! Kalau banyak yang harus dilakukan, jangan lengah untuk melakukannya seefisien mungkin, betul?


Okay, i’ll try it.

And now, for sure, i’ll do it



[+/-] Selengkapnya...

Minggu, Oktober 10, 2010

what kind of life?

“Ihh..kakak gak takut gitu? entar masuk ke kamar mayat..”, kata seorang adik yang saya kenal dari SMKN tempat saya pernah jadi pembicara di acara pesantren kilat di Sumedang dulu, lewat chatting

“Kenapa harus takut? Toh nanti kakak juga jadi mayat..(:”, jawab saya singkat


Benar kan? Bukan cuma dokter kok yang harus berhubungan dengan kamar mayat. Kalau kita meninggal..masuknya kemana coba? Kamar mayat kan? (Lain lagi ceritanya kalau nanti akhirnya kita dimasukkin ke kuburan, dan lain pula ceritanya kalau setelah itu kita diputuskan tuk masuk ke tempat lain—entah surga, entah neraka)

Jadi kalaupun kita masuk kamar mayat, anggap saja kita sedang mensurvey “tempat perhentian sementara” kita setelah amanah kehidupan dalam diri kita diambil kembali oleh Allah, sang pemilik

Dibandingkan takut masuk kamar mayat atau takut ketemu mayatnya sendiri, saya lebih takut kalau saya jadi si mayat. Saya memang pasti akan jadi mayat, cepat atau lambat. Bisa 40 tahun lagi ketika saya sedang melihat cucu-cucu saya bermain, atau lima detik setelah tulisan ini selesai saya ketik.

Yang manapun, saya pasti akan jadi mayat

Tapi saya sungguh takut kalau saya jadi mayat yang lalai, yang meninggal tidak dalam keadaan mengingat Allah


Sekitar satu minggu yang lalu saya tepat berumur 21 tahun. Mau saya pertanggung jawabkan bagaimana umur saya ini? Sudah saya pergunakan untuk apa saja 21 tahun waktu saya? Malu sendiri saya dibuatnya

Di hari ulang tahun saya kemarin, banyak sekali do’a-do’a yang saya dapatkan dari teman-teman, adik-adik, dan saudara-saudara saya

Senangnya luar biasa, hingga meski memakan waktu berjam-jam untuk sekedar membalas semua do’a yang ada dengan ucapan “amin insyaAllah^^”, saya dengan sangat bersemangat mengirim balasan ke semua yang menghanturkan do’a untuk keberkahan sisa waktu hidup saya itu


Saat itu, ada seorang kakak yang bertanya pada saya kira-kira kalau saya mendapat satu kesempatan do’a yang mujarab, apa do’a yang saya inginkan?

Sebuah pertanyaan yang menarik. Saya pun ingin tahu bagaimana jawaban orang-orang yang lain, do’a apa ya yang mereka inginkan kalau hanya ada satu kesempatan saja untuk do’a itu dikabulkan?

Via Yahoo Messenger, saya iseng bertanya pada beberapa kenalan saya, jawabannya bermacam-macam,

“Masuk syurga" merupakan jawaban dari dua orang kenalan saya

“doa untuk orang tua”

“bahagia dunia akhirat buat saya, keluarga, dan orang-orang yang memperjuangkan jalan Nya :)”

“punya istri seiman yang bisa diajak menjalani kehidupan baik suka maupun duka”

“Selamat dan bahagia dunia akhirat”

“Gw mau hidup gw bermakna”

“pengen semua doa terkabul”

“pengen jadi orang yang keislamannya keren banget biar bener-bener bisa jadi hamba yang menghambakan diri buat Allah”

“mau jadi dokter bedah yang bisa ngebantu banyak orang, terus punya keluarga yang sakinah, terus meninggal masuk syurga”

“menjadi seperti sahabat usman bin affan seorang yang kaya dan dermawan...sehingga bisa membantu banyak orang”

“kebahagiaan buat seluruh umat muslim di dunia”

“sukses dunia akhirat”

“Ya Allah, ijabahlah doa-doa saya selanjutnya”

“Pengen Indonesia jd sejahtera :) Fisik-Spiritual”

“jadi manusia cerdas, bermanfaat, bahagia dunia akhirat”

“Bahagia di dunia ama di surga :D”

“Kebahagiaan hidup akhirat dan dunia bersama keluarga”

Jawaban-jawaban yang membuat saya merinding sendiri, mengingat beberapa alasan luar biasa yang mereka jabarkan mengenai do’anya itu

Ini bukan masalah menentukan do’a siapa yang paling benar, saya tidak punya hak untuk itu

Tapi jawaban mereka sungguh luar biasa, mengingat itu juga adalah pertanyaan yang luar biasa: Do’a apa yang kita inginkan jika hanya ada satu kemungkinan untuk dikabulkan?

Kalau begitu, bukankah berarti jawaban yang diberikan juga adalah jawaban yang mewakili keinginan terbesar dalam hidup? Hidup seperti apa yang ingin kita jalani?

Hidup seperti apa yang ingin SAYA jalani?

Saya pribadi ketika ditanya oleh sang kakak, kira-kira kalau saya mendapat satu kesempatan do’a yang mujarab, apa do’a yang saya inginkan?

Saya memberikan jawaban “meninggal dalam keadaan penuh cinta pada Allah^^/!!” (lengkap dengan smiley dan dua tanda seru..:D)

Karena saya sungguh ingin seperti itu

Saya tidak ingin menjadi hambaNya yang melupakan Allah dan menghabiskan penghujung umur saya dalam kelalaian, ataupun dalam maksiat

Seperti cerita Barseso, seorang ahli ibadah yang zahid—menjauhkan diri dari kehidupan dan godaan duniawi. Barseso menghabiskan hidupnya hanya untuk beribadah dan mendekatkan diri pada Allah, hingga akhirnya sebuah kelalaian dan godaan syaitan datang menghampirinya di ujung hidupnya (yang tadinya ingin ia luruskan kembali dengan bertaubat). Ia menutup hidupnya dalam keadaan lalai, mulai dari melakukan dosa yang dianggapnya paling ringan, ia pun meminum khamar. Kemudian dosanya dengan segera bertambah menjadi berzina, dan bahkan membunuh. Hidupnya pun akhirnya berakhir dengan hukuman mati


Saya tidak ingin seperti itu!

Saya ingin akhir yang baik, meninggal dengan tidak melupakan Allah, meninggal dengan penuh rasa cinta hanya pada Allah

Bukan pada manusia

Bukan pada dunia


Tapi saya kan tidak tahu kapan akhir hidup saya, kisah Barseso tadi adalah contohnya, kalau misalkan saya lalai dan melupakan Allah meski untuk sebentar saja, dan ternyata waktu yang sebentar itulah waktu dimana akhir hidup saya berada, bagaimana?

Menunda shalat misalnya. Kalau misalnya saya sedang berada di luar dan sedang ingin naik angkutan umum untuk pulang ke rumah ketika azan tiba-tiba berkumandang, apa saya akan tetap naik angkot dan berpikir untuk sholat di rumah saja? Lantas bagaimana kalau angkot yang saya naiki tiba-tiba tertabrak oleh truk besar dan saya pun meninggal? Saya kan belum sampai rumah, berarti saya mengakhiri hidup saya dalam keadaan belum sholat, dalam keadaan sedang melalaikan Allah

Atau misalnya saya melakukan tindakan lain yang memaksa saya untuk meletakkan keimanan saya barang sejenak. Namun bagaimana kalau ternyata yang “sejenak” itu justru menjadi saat terakhir hidup saya?

Apa saya bisa menjamin bahwa saya masih mampu mencapai “segera” ketika pikiran untuk segera bertaubat setelah sedikittttttt saja melalaikan diri dalam kehidupan dunia terlintas dalam benak?

Tidak

Tidak saya

Tidak siapapun

Tidak akan ada yang bisa

Lantas ingin kita habiskan seperti apa hidup ini?

[+/-] Selengkapnya...

Senin, Oktober 04, 2010

Profesi yang paling tidak saya suka adalah dokter

see what no one else see
see what everyone else choose not to see
on a fear conform in relation
see a whole world a new, each day..
_patchADAMS
...(lihatlah dunia dengan cara yang tak biasa^^/!!)



Profesi yang paling tidak saya suka adalah dokter

That’s the true rightness in my mind

Tapi saya kan bukan mereka, dan saya tak bisa memaksakan mereka untuk menjadi seperti saya

Yasudahlah yaaa..

Mereka ya mereka, saya ya saya

Dokter kan hanya sekedar tittle, gelar, yang diberikan oleh manusia

Bukankah dokter adalah seseorang yang membantu orang lain?

Itu kan yang selalu disebutkan oleh polosnya anak kecil ketika ditanya alasannya mengapa ingin menjadi dokter? Ingin membantu orang lain

Karenanya saya yakin, tak perlu menjadi dokter untuk menjadi dokter

Namun dokter yang sesungguhnya adalah dokter yang mampu menyewa ruangan dalam hati pasien

Mengisinya dengan obat yang tak disediakan oleh pabrik obat manapun, bukan untuk mencegah kematian, tapi untuk meningkatkan kualitas dari kehidupan sang pasien

Mengisinya dengan kegembiraan

Mengisinya dengan tawa

Bukan dengan tekanan

Ah, bukan berarti saya akan menghentikan perjuangan ini

Saya akan tetap berjuang menjadi dokter, dalam arti meraih gelarnya

Tapi bukan tulisan “dr” yang ingin saya kejar, bukan sebutan “bu dokter” yang ingin saya dengar

Saya ingin menjadi dokter dalam arti sesungguhnya

Menolong orang lain

Tanpa basa

Tanpa basi

American Journal of Medicine telah menemukan fakta bahwa tawa dapat meningkatkan sekresi cathecolamine dan endorphin yang dapat meningkatkan oksigenasi darah, relaksasi arteri, menguatkan kerja jantung, dan menurunkan tekanan darah, yang kesemuanya memiliki efek positif pada semua penyakit kardiovaskular dan penyakit pernafasan, serta peningkatan secara keseluruhan dari respon sistem kekebalan tubuh

[+/-] Selengkapnya...

Kamis, September 30, 2010

CELOTEH DI USIA BARU

Rabu-Kamis, tengah malam, 29-30 September 2010

Kemarin pagi saya bermimpi, mimpi indah, sekaligus mimpi buruk. Indah karena dalam mimpi itu saya akhirnya pergi ke Garut, kembali mengunjungi adik-adik kecil yang sangat saya sayang di tempat KKNM (kuliah Kerja Nyata Mahasiswa) dulu. Buruk karena di tengah-tengah mimpi itu saya menyadari kalau itu hanyalah mimpi, sayapun menangis.



Kenapa cuma mimpi?

Kenapa?


Bangun dari tidurpun ingin sekali rasanya melanjutkan tangis di dalam mimpi, tapi yang lebih menyakitkan adalah ternyata airmata itu tak bisa keluar, entah kenapa.

Sekarangpun kalau mengingat mimpi itu lagi saya akan kembali dilanda sedih yang mendalam. Dalam mimpi itu saya dipeluk oleh seorang adik dari belakang, ia adalah Juang, adik yang paling sulit saya hubungi ketika saya sudah pulang dari sana.

Juang ditinggal ibunya yang menjadi tenaga kerja di Saudi Arabia, ayahnya masih ada meski telah bercerai dengan ibunya. Ia lebih sering menghabiskan waktu bersama neneknya, seorang nenek yang sangat luar biasa—bahkan saya sulit menggambarkan ke-luarbiasa-an nenek ini. Sang nenek sering kali menitikkan air mata ketika bercerita mengenai nasib Juang—cucu satu-satunya, meski tak jarang pula kemilau matanya digantikan oleh binar yang sangat indah tatkala beliau bercerita tentang kelebihan Juang.

Saya iri sebenarnya, mengingat saya sudah tidak mempunyai nenek. Tapi rasa bangga sesungguhnya jauh lebih besar mengalahkan kilasan iri yang muncul dan mengisi ruang hati, saya bangga bisa mengenal nenek yang luar biasa ini!!

Dalam mimpi, Juang memeluk saya dengan sangat erat, seolah tidak ingin saya tinggalkan lagi. Begitupun adik-adik yang lain, mereka mengeluh dengan jujurnya, “teteh…kenapa baru datenggggg??”

Sedih sekali saya dibuatnya. Karena bahkan saya belum datang ke sana lagi sampai sekarang. Itu hanyalah mimpi. Mimpi yang terlihat begitu nyata.

Kapan saya bisa kembali ke sana?


Padahal saya masih harus menunda rencana saya untuk mengunjungi mereka meski hanya untuk memastikan di mana surat yang telah lebih dari sebulan saya kirim namun masih belum sampai ke sana.

Ya, saya harus kembali menunda rencana yang tadinya sudah sangat matang: pergi ke Garut minggu ini juga.

Tapi saya kembali harus menundanya. Masih ada masalah lain yang harus saya selesaikan di sini.

Lantas kapan? Kapan saya bisa ke sana dalam waktu dekat?


Sedih sekali rasanya tiap membaca pesan dari adik-adik di sana yang menanyakan mengapa surat kiriman saya tak kunjung sampai.

Kapan saya bisa kembali ke sana? Kapan saya bisa segera ke sana dan membantu menemukan surat yang sangat mereka nantikan??

Ya, kemarin perasaan saya sungguh melankolis, penuh dengan sesal dalam diri, penuh dengan pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang tak pasti. Ditambah lagi beberapa masalah yang datang bersamaan dan sangat menyayat hati, ingin sekali diri ini menangis.

feel so sad, mau nangis boleh ya Allah? boleh ya?? saya tau kok ini adalah salah satu ujian cintaMu, tapi gak papa yaaa nangis dikiiiiiiitt ajaaa...??

Fyuhh..

Akhirnya meski saya adalah tipe yang tidak suka keluar rumah ketika sedang sedih, saya membulatkan tekad untuk datang ke tempat les tempat saya mengajar yang hanya setengah jam dari kampus. Ingin sekali diri ini melihat senyum dan canda adik-adik di tempat les.

Saya tahu mereka bukanlah adik-adik yang hadir dalam mimpi saya. Namun mereka memiliki kesamaan yang sangat kental dengan adik-adik saya di Garut: senyum yang membangkitkan semangat.

Sebagaimana adik-adik di Garut yang mampu membuat saya melupakan lemasnya tubuh setelah beberapa jam sebelumnya saya terserang demam hingga 39,8⁰ C. Adik-adik di tempat les selalu mampu membuat saya lupa dengan masalah yang membebani diri.

Ya Allah, di awal usiaku yang baru, semakin bulat tekadku untuk melakukan sesuatu untuk mereka, meski mungkin baru dapat terlaksana 15-20 tahun ke depan…kumohon ridhoilah jalan yang akan mulai kutempuh ini, jalan cintaku pada para adik, dan jadikanlah pula jalanku ini sebagai perantara cintaMu pada adik-adik yang luar biasa ini

pasti akan kuwujudkan!! that's not just manifest in my life in a dream form...yeah, i can do it, and i'll do it..(:!!

Adik-adik, teteh sayanggggg sekali dengan kaliannn, teteh sayang kalian karena Allah..(‘:!!

Dan teteh tidak akan pernah berhenti menyayangi kalian, insyaAllah…

[+/-] Selengkapnya...

Selasa, September 07, 2010

Saya dan adik-adik itu..

5 Agustus 2010

Hari ini (dan sebenarnya sejak beberapa hari sejak saya pulang dari tempat saya melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa (KKNM) di Dusun Cibaregbeg, Desa Karyamukti, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut) saya merasa sangat rindu dengan adik-adik kecil di sana

Bagaimana tidak? Nyaris setiap hari sejak kepulangan saya dari sana, handphone saya sering sekali berbunyi menandakan adanya sms yang masuk

Berikut adalah sms yang masih tersimpan di handphone saya (hanya sedikit, karena memori handphone saya hanya sanggup menyimpan paling banyak 60 pesan saja, jadi terpaksa beberapa sms yang lain saya hapus)



Mulai dari hari ketika saya pulang (bahkan bis saya masih sangat jauh dari dibilang sudah mau sampai..:D)

30 Agustus 2010

“Kapan 2 kesini lagi, di cibare9be9 nya kalau nanti 1 thn yaaa… . jgn lupa foto nya”, tulis sidqy, adik kelas 5 SD Karyamukti I—sekaligus tetangga
sebelah rumah saya ketika di sana—dalam pesannya yang mengingatkan saya juga mengenai foto yang ingin saya kirim lewat surat


“Belum, aku juga sudah sholat ka nestri udah belum kalau tidak sholat nanti saya pukul”, kalau yang ini Yudi, adik kelas 6 SD Karyamukti II membalas sms saya yang menanyakan apakah ia sudah sholat..(:


“aslmkm k dh spi, k pajar td plg sklh mrasa khlgan kk,? Mls makn k jgn lpa pajar ya k maksh spi ktmu d lain ksptn”, kali ini Fajar, adik kelas 5 SD Karyamukti I



Satu hari semenjak kepulangan saya dari sana..

31 Agustus 2010

“Ka nestri aku mau men dengar suara kanestri lagi )-:”, Yudi lagi kali ini

Padahal baru satu hari gak ketemu!! Selain itu, smiley yang digunakan adik kecil yang ini adalah smiley khas saya, yaitu smiley terbalik dari yang biasa digunakan orang-orang lain, saya tidak menyangka adik ini mengingat smiley yang biasa saya gunakan..(“:



Keesokan harinya..

1 Agustus 2010

“Uni nestri ini sidki, aku kangeeeeee…….,nnnn.” Saya juga tak menyangka sidqy akan memanggil saya dengan sebutan ‘uni’, ternyata dia masih mengingat cerita saya mengenai panggilan saya di rumah..(:


3 Agustus 2010


“th ni ma sendi,, th gmna sma kbr nya,,th sendi kangen sma te2hm..” Sms kali ini benar-benar mengagetkan saya, karena setahu saya hanya ada satu adik yang bernama Sendi di sana, yaitu Sendi
kelas 4 SD Karyamukti I (kalau yang bernama ‘Sandi ‘ada banyak). Tapi Sendi yang saya kenal tidak bisa membaca! Lantas bagaimana mungkin ia bisa menulis? Bahkan menulis pesan di handphone yang tentu tingkat kesulitannya lebih tinggi??


Segera saja saya pastikan dengan menelepon balik ke nomor itu, ternyata dia benar Sendi yang saya maksud, Sendi minta tolong kakaknya untuk mengirim pesan kepada saya via sms, wah terharu sekali saya dibuatnya. Bahkan di telepon, Sendi yang susahnya luar biasa jika disuruh belajar membaca ini, dengan mudahnya berjanji pada saya bahwa dia akan belajar membaca dengan rajin, mengingat saya menjanjikan akan bermain lagi ke sana jika liburan panjang kuliah datang lagi tahun depan^^

Ya, Sendi berjanji bahwa tahun depan ketika saya main ke sana ia sudah bisa membaca. Subhanallah, sebuah janji yang sangat manis..(‘:


4 Agustus 2010


“Teh gimana kalau gadikirim ke aku teh aku nangis kalaunga gikirimin keaku”, kata Febi, ketua kelas 4 SD Karyamukti II, mengadu tentang kemungkinan tidak sampainya surat yang saya kirim ke sana. Padahal saat itu saya masih belum menyelesaikan surat-surat dan foto-foto yang ingin saya kirim


8 Agustus 2010

“Teh nelepon ke IYANG”, tulis iyang, kelas 4 SD Karyamukti I, semena-mena

Tapi saat itu saya sedang di tengah-tengah persiapan acara keluarga di Jakarta, bagaimana mungkin saya menelepon iyang dan meninggalkan pekerjaan di sana (meski hanya sekedar membantu-bantu persiapan acara)?

Akhirnya untuk sementara pesan itu saya abaikan dahulu


Tak lama handphone saya berbunyi menandakan ada panggilan masuk—dari iyang

Duh, kalau untuk membalas sms saja saya sedang cukup sibuk, apalagi mengangkat telepon?


“Teh kenapa tadi ga di angkat”, terpaksa saya balas dengan mengatakan sedang ada acara keluarga di tempat saya


Tak lama kemudian..

“Teh udah pulang keluarga teteh belum”, tentu saja saya jawab belum, karena acara bahkan belum dimulai, masih dalam persiapan acara, dan saya masih sibuk, menyapu, mempersiapkan makanan, minuman, meja, piring-piring, gelas, wah banyak sekali yang harus dikerjakan


Lagi, tak lama..

“Teh udah pulang belum”, wah adik yang satu ini...-_-a


Sebenarnya adik-adik yang lainpun begitu, 5 menit saja tak segera saya balas…mereka akan segera mengirim sms kedua, “TEH KENAPA GAK DIBALAS?”, benar-benar khas anak-anak, tidak sabaran..:D


Akhirnya saya merayu iyang untuk ngobrol via sms saja,tapi…

“Ga mau SMSan mauny nelepon”

gyaaaa….

Haha, mereka memang banyak menuntut, tapi itulah lucunya mereka…(:


9 Agustus 2010


“Teh kenapa gak di ankat”, kali ini Nabil yang mengirim pesan di handphone saya, saya lupa saya sedang melakukan apa saat itu hingga tidak bisa mengangkat telepon dari adik kecil ini

“Teh gak nyampe nyampe topinya”, adu Nabil di sms berikutnya. Saya memang menjanjikan akan memberikan topi untuk nabil. Karena waktu itu, beberapa hari terakhir menuju kepulangan saya dari sana, nabil tak muncul di rumah tempat saya tinggal (sedangkan adik-adik yang lain tak pernah sepi dari rumah). Dan akhirnya sehari setibanya saya di kosan saya, Jatinangor, saya menelepon handphone nabil, dan karena nabil sedang tidak ada, akhirnya saya mengobrol dengan ibu nabil (karena ternyata itu memang handphone ibunya nabil..:D ). Sang ibupun bercerita bahwa pada hari kepulangan saya, nabil sedang sakit dan sudah beberapa hari tidak masuk sekolah, nabil juga menangis karena tidak diperbolehkan orangtuanya untuk bermain dan mengantarkan kepulangan saya.


Itulah mengapa saya akhirnya menjanjikan akan mengirim topi saya untuk adik yang sangat saya sayang ini^^ (Nabil bilang dia juga mau topi seperti yang dipakai anak-anak lain yang diberikan oleh akang-teteh KKNM lainnya. Dan karena topi KKNM saya sendiri telah saya berikan ke Juang—adik
kelas 4 SD Karyamukti I—sayapun menawarkan topi lain yang saya dapatkan ketika menjadi panitia OSPEK di fakultas dulu, untunglah nabil tetap mau menerimanya^^)


10 Agustus 2010

“Teh lagi ngapain:-P”, tulis iyang dalam pesannya. Karena sedang tidak sibuk dan masih pagi (dan nomor iyang indosat sama seperti saya), saya pun menelepon iyang dan mengobrol cukup lama (mumpung murah..:D)


“Teh apa kbr surat nya blm iki terima waktu teh nestri krm pake almt mana rmh apa sekolah.”, kali ini giliran sidqy yang menanyakan surat, kemana para petugas pos ya?


11 Agustus 2010, hari pertama puasa

“Teh nestri selamat ber puasa udah saur blm”, tulis sidqy lagi menyapa saya dini hari di waktu sahur. Ah, mesra sekali..(:


“Teh sekarang neleponny”, kali ini iyang (lagi) yang meminta ditelepon (meski saya sudah bilang akan menelepon adik yang satu ini beberapa jam lagi). Baiklah, saya pun mengobrol lagi dengan iyang ditelepon (dan juga adik-adik lain yang sedang berada di dekat iyang saat itu^^)

Telepon pun terputus karena…entahlah, terputus pokoknya..:D, dan iyang mengirim satu pesan: “iyang kasian sama teteh habis pulsa”, saya tertawa, ternyata iyang bisa merasa kasian juga pada saya, meski ia lebih sering memaksa saya untuk meneleponnya..d;


“Kata derahma udah ada di sidki ngaakan dikeakuin”, pesan ini dari Febi, masih membahas surat yang belum sampai-sampai. Kenapa ada adik yang menuduh sidqy seperti itu? Padahal sidqy juga sedang sedih karena suratnya tak sampai-sampai..):


12 Agustus 2010, hari kedua puasa

“Ka ada gempa ke sana tadi jam 2 malam”, sms Fajar ini membuat jantung saya mendadak sakit sekali, kaget saya dibuatnya. Jadi ternyata ada gempa yang cukup besar menimpa desa ini (bahkan ada teman saya yang mengatakan kalau ternyata gempanya mencapai 5-koma-sekian ritcher). Namun Alhamdulillah Allah melindungi warga di sana karena tidak sampai menjatuhkan korban jiwa, bangunan pun sepertinya tak mengalami kerusakan berarti..(‘:


14 Agustus 2010

“Kainimamkangn”, tulis Imam setelah sebelumnya menelepon saya dan mengatakan hal yang serupa (Ketika menerima telepon waktu itu saya benar-benar tak percaya bahwa yang menelepon adalah Imam, ketua kelas 4 SD Karyamukti I. Karena Imam adalah adik yang sangat pendiam dan pemalu, meski sebenarnya saya sering menangkap senyum tipisnya ketika saya sedang menggodanya dan mengajak ia bermain. Namun sebaliknya, tak jarang imam justru kabur ketika melihat saya datang menghampirinya..-_-a)


19 Agustus 2010

“Kenapa mikirin Iyang”, tanya iyang di sms, menanggapi sms jawaban saya yang jail bilang ke iyang kalau saya sedang mikirin iyang. Habis iyang selalu mengirim sms yang sama untuk mengawali pembicaraan, dengan format tulisan yang sama: “Teh lagi ngapain” (Kumat deh iseng saya..:D)


23 Agustus 2010

“Baik ka aku pasti semangat kalau ada kaka aku itu kangen banget sama kaka aku selalu memimpikan kaka”, kali ini saya lupa siapa yang mengirim pesan ini (karena adik ini mengirim pesan menggunakan nomor yang asing di handphone saya, dan menurut sang adik nomor ini adalah nomor handphone teman dari kakaknya si adik^^). Sms yang sangat manis, padahal saya hanya mencoba memberi semangat pada adik ini untuk mengerjakan PR matematika yang kata si adik susah sekali untuk dikerjakan..(:


27 Agustus 2010


“Teh lagi ngapain teteh saum gak he…he…he”, goda nabil dalam pesannya (mengingat paginya ketika nabil mengirim sms pada saya, ternyata saya telah melewatkan waktu sahur karena baru terbangun ketika azan subuh sudah berkumandang)

“Teh disini gak ada yang namaya kurnia nabil terus memikirkannya”, tulis nabil lagi di sms berikutnya. Nabil sungguh ingin segera mendapatkan topi yang saya kirim, namun entah mengapa paket surat yang saya kirim tak pernah sampai ke sana.

Akhirnya setelah menanyakan pada kantor pos di Jatinangor mengenai keberadaan surat saya, saya mendapatkan nama ‘Kurnia’ yang dikatakan oleh pihak pos telah menjadi perwakilan penerima surat dari saya sejak tanggal 12 Agustus 2010 (itu kan sudah berminggu-minggu yang lalu, kenapa belum disampaikan pada adik-adik..>.

“Nabil juga mikirin teteh terus”, tulis nabil di sms ketiga, padahal sebelumnya saya menulis bahwa saya juga mikirin surat yang gak sampai terus, jadi agaknya nabil kurang nyambung di sini, tapi toh smsnya tetap membuat saya tersipu malu..(“:


(masih 27 Agustus 2010), malam hari

“Teh taraweh gak kalau nabil mah nungguin baji nabil kangen sama teh nestri”, tulis nabil lagi dalam sms. Wah bingung saya, saya kan biasa taraweh sendiri di kosan, jam 2 pagi pula, tadi apa? Baji? Siapa baji? Saya gak pernah dengar ada anak kecil yang namanya baji di sana..-_-a. Dalam sms balasanpun, saya menambahkan pertanyaan apakah saya boleh main lagi ke sana (berhubung nabil sering sekali mengatakan kangen pada saya..:D)


“Boleh kesini lagi teh tapi harus lama disininya 3 minggu teh baji itu kakeknya nabil masa taraweh jam 2 malam ha…ha…ha… Keburu imsak teh kemarin nabil mimpi jadi adiknya teteh cantik sekali teh nestri nya”, mesra sekali adik saya yang satu ini, berkali-kali saya dibuatnya tersipu malu..(“: (Meski dalam hati ada pertanyaan yang terbesit dalam pikiran saya dan membuat saya geli sendiri karenanya, “Kalau saya ‘ganteng’, saya dipanggilnya bukan ‘teteh’ dong..:D??”)



28 Agustus 2010

“Teh sahur…sahur jangan tidur lagi harus sahur ya teh nabil tau nama kurnia”, tulis nabil dalam pesannya di waktu sahur. Dengan semangat saya segera menanyakan siapa kurnia yang nabil tahu itu

“Kurnia yang di kecamatan yang kerja di satpol pp? Sama apa teteh makanya jangan lupa makan promah, nabil mh makannya sama sayur sop, ayam, telurkeju” . Baik sekali adik saya ini..(:


Tapia pa tadi? Petugas kecamatan!

Masuk akal sekali! Akhirnya saya mendapatkan sebuah titik terang saat itu. Berhari-hari setelah itu saya menghubungi sana-sini demi mendapatkan kepastian mengenai keberadaan orang bernama kurnia, dan tentu saja, keberadaan paket surat dari saya.

Akhirnya ada harapan! Ternyata benar adanya surat-surat memang biasa diterima oleh Kurnia, petugas kecamatan. Namun harapan itu pupus ketika ternyata surat dari saya tidak bisa ditemukan. Apa mungkin masih belum berada di tangan Kurnia ini? Ah, tak mungkin, kalau bukan di tangan Kurnia…lantas darimana pihak pos Jatinangor bisa menyebutkan nama yang benar—Kurnia?

Muncul kembali harapan baru ketika ternyata saya mengetahui bahwa yang dicari di sana di tempat pak Kurnia adalah ‘surat’ dari saya, padahal yang saya kirim adalah ‘paket berisi surat’, dan tentu saja ‘surat’ dari saya tidak pernah ada, karena surat itu ada di dalam kotak yang saya kirimkan dalam bentuk paket. Akhirnya pencarian dimulai kembali. Tapi entah kenapa hasilnya masih nihil…):


Sedih sekali saya mendengar kabar dari para orangtua bahwa adik-adik merasa kecewa karena harus pulang tanpa menerima surat dari saya. Ya Allah, saya sungguh tidak tahu ada di mana surat saya saat ini. Namun, saya telah banyak merepotkan warga di sana sekaligus mengecewakan adik-adik karena tindakan saya ini.

Semoga surat saya itu dapat segera sampai di tangan mereka../-_-\!! Karena jika tidak, saya harus segera bergerak, saya tidak boleh membiarkan adik-adik saya yang luar biasa ini semakin sedih karenanya. Saya akan berangkat ke dusun Cibaregbeg kembali demi memperjuangkan hak adik-adik yang tertunda karena kecerobohan saya ini

insyaAllah...






[+/-] Selengkapnya...

Selasa, Agustus 31, 2010

Kenapa Harus Curiga Kalau Dengan Tanpa Kecurigaan Kita Bisa Menjalani Hidup Yang Lebih Berkualitas?


31 Agustus 2010

“Kenapa sih harus FK?? Kenapa cuma Fakultas kita sama FKG aja yang kayak gini coba??”, keluh seorang teman saya, menyikapi pengumuman fakultas mengenai keputusan wajib dari pemerintah kepada seluruh Fakultas Kedokteran di Indonesia bahwa mulai angkatan di atas kami (tentu saja berarti angkatan kami juga termasuk) untuk mengikuti magang selama setahun terlebih dahulu baru kemudian diperbolehkan membuka praktek di manapun yang disukai.


Kemudian, makian kepada pemerintah mulai keluar dari mulutnya, “akal-akalan doang tuh”, “biar gak keluar banyak uang”, “dasar licik”, “arggghhhh!!”
“iya gak nes?”, tanya dia akhirnya setelah panjang mengeluarkan unek-uneknya. Saya hanya manggut-manggut cepat mendengar ucapannya yang juga cepat itu, meski terkadang saya timpali dengan “oo..” di sela-sela ucapannya yang memang terdengar banyak argumentasi yang kuat itu

Obrolan entah kenapa merambat ke kenangan KKN kami di tempat masing-masing. Pada akhirnya saya ingin mengangkat profil seorang tokoh yang luar biasa (menurut saya) di desa tempat saya melaksanakan KKN tersebut ke dalam topik obrolan kami
Tokoh itu bernama Pak Agus, beliau adalah seorang mantri (perawat) yang mendirikan klinik desa di bekas Puskesmas Pembantu di desa Karyamukti, kecamatan Cibalong, Garut. Klinik Desa itu didirikannya sendiri karena Puskesmas Pembantu yang tadinya bertempat di tempat Klinik Desa tersebut berada telah dipindahkan ke desa sebelah

Namun, meski pindahnya Puskesmas Pembantu tersebut disertai dengan perbaikan kualitas Puskesmas baru di desa sebelah (yang kini tak lagi menyandang kata “Pembantu” di belakangnya), itu berarti kalau ada warga desa Karyamukti yang memiliki permasalahan kesehatan maka warga tersebut tidak akan bisa segera ditangani, karena harus pergi ke desa sebelah terlebih dahulu. Atau bahkan ke kecamatan sebelah jika ia ingin diobati oleh seorang dokter (Karena tetap belum ada eorang dokter yang bertugas di puskesmas baru)
Akhirnya atas dasar pemikiran seperti itulah Pak Agus mendirikan Klinik untuk warga desa Karyamukti, dengan usaha sendiri, dengan biaya sendiri
Sungguh inspirasi yang luar biasa

Namun teman saya ini menanggapi cerita saya dengan tanggapan yang sungguh membuat saya tersentak.
Ia meminta saya untuk tidak percaya begitu saja dengan cerita semacam itu, bisa jadi hal itu hanya bualan Pak Agus, karena pemerintah desa pastilah memiliki anggaran untuk masalah se-crusial permasalahan kesehatan macam tak adanya sarana kesehatan di sebuah desa seperti itu. Bisa jadi dananya dimakan sendiri oleh Pak Agus, namun ia bercerita seolah ia tidak mendapat bantuan apapun hanya demi mendapat pujian atau—lebih diharapkan lagi—sebuah bantuan (yang bahkan  mungkin akan dimakan sendiri lagi oleh beliau)
Inalillahi..sebuah pemikiran yang kejam

Saya tahu, pemikiran teman saya ini bisa saja memang benar-benar terjadi—sangat mungkin terjadi bahkan. Namun tidakkah ia berpikir kata-kata itu sangat menyakitkan bagi saya? Tidakkah ia mengetahui seberapa dekat saya dengan Pak Agus? Tidakkah ia malu jikalau seandainya saya berkata jikalau Pak Agus tersebut adalah saudara saya sendiri??

Pak agus memang nyatanya bukan saudara saya. Namun saya sudah sangat menganggap seluruh warga desa tersebut selayaknya saudara saya sendiri. Tidakkah akan sedih hati seseorangg jikalau mendengar saudaranya sendiri ditimpa kecurigaan keji seperti itu?

“Maaf ya nes udah meracuni pikiranmu dengan pemikiran seperti ini…”, ucap teman saya tersebut sambil menepuk-nepuk pundak saya, “Tapi terlalu percaya sama orang lain itu gak bagus tau….”
“Nestri tuh gak pernah percaya sama orang lainnnn…..”, ucap saya mencoba menanggapi
“Wah, bagus, bagus itu…”, potongnya
Pembicaraanpun entah mengapa tiba-tiba terhenti di situ

Benar. saya memang tidak percaya dengan orang lain, saya pernah mengalami saat-saat sulit dulu dimana saya sama sekali tidak percaya dengan orang lain.
Semua ucapan orang hanya basa-basi!
Banyak penjilat di mana-mana!!
Jijik sekali saya dulu dengan orang dewasa yang memang dalam diri merekalah sifat basa-basi dan penjilat itu saya temui.

Tapi itu dulu

Saat ini, pemikiran saya sama sekali berbeda (meski saya masih tidak suka dengan orang yang hanya berbasa-basi manis di depan namun membicarakan lawan bicara dengan gelinya di belakang)

Tapi saya yang sekarang beda. Insya allah..

Kalimat saya yang terpotong tadi, ”Nestri tuh gak pernah percaya sama orang lainnnnnnnn….”,  sesungguhnya ingin sekali saya lanjutkan di hadapan teman saya itu, “…tapi Nestri INGIN percaya sama mereka”

Ya, saya ingin percaya
Sudah cukup masa-masa kelam saya
Sudah cukup semua itu!

Masih teringat jelas dalam benak saya kelamnya diri ini ketika hati saya menaruh kecurigaan kepada siapapun, sungguh perasaan seperti itu sangat tak mengenakkan jiwa. Hati saya serasa kosong, karena ia telah penuh terisi dengan makian kepada orang lain, dengan kecurigaan-kecurigaan. Sungguh saya muak dengan diri saya yang penuh kecurigaan seperti itu

Karenanyalah saya ingin mempercayainya.
Saya ingin percaya!!

Karena sebuah kepercayaan akan mengisi jiwa dengan sebuah harapan, dengan sebuah do’a tulus
Kalaulah ternyata kepercayaan saya disalahgunakan oleh orang yang saya percayai, berarti sayalah yang salah, karena saya hanya menaruh sebuah kepercayaan tanpa menularkan harapan saya pada orang tersebut. Atau mungkin saya lupa mendo’akannya untuk tetap menjadi orang yang yang seperti saya harapkan, yang membuat kepercayaan saya jatuh padanya
Saya yang salah

Saya ingin sekali menularkan kepercayaan itu, ingin sekali saya dengan tanpa berpikir panjang memberikan pujian yang tulus pada seseorang meski hal luar biasa yang diucapkannya sebenarnya kurang logis.

Namun coba kita renungkan kata-kata bijak yang mungkin sudah sering kita dengar, “Sesuatu yang datang dari hati akan sampai ke hati”

                Saya sungguh ingin memberikan kepercayaan dan pujian tulus itu!!
Sebuah kepercayaan dan pujian yang datang dari hati, karena bukankah dengan begitu hanya dua hal luar biasa yang bisa terjadi?
Jika ia berkata benar, maka ia akan semakin memperjuangkan dan mempertahankan apa yang telah ia lakukan. Atau, jika ia berbohong, maka ia akan malu, hatinya akan terusik mendengar kepercayaan dan pujian yang saya sampaikan padanya, sehingga ia akan bersemangat untuk mewujudkan kebohongannya itu menjadi sebuah kebenaran, menjadi sebuah kenyataan

Kalaupun bukan dua hal tersebut yang terjadi, tanyakanlah pada diri… ”Sudahkah saya menyampaikan hati saya dalam setiap kepercayaan dan pujian yang saya sampaikan padanya?, Mungkinkah saya lupa memasukkan hati saya? Atau mungkin hati saya sedang tak ada? Tertutup oleh kelamnya prasangka??”

Sungguh, saya pernah terjebak dalam prasangka-prasangka dan kecurigaan keji yang terus terbesit dalam benak saya. Dan sungguh, saya menjalani hidup yang tidak tenang karenanya. Karena hanya keluhan demi keluhanlah yang meluncur keluar dari bibir, membelok kembali ke telinga, menyebar ke seluruh sel-sel tubuh, dan mengakar di jiwa. Padahal, kehidupan seperti apa yang bisa saya lewati dengan jiwa seperti itu?

Lantas kenapa saya harus menaruh kecurigaan kalau dengan tanpa kecurigaan saya bisa menjalani hidup yang lebih berkualitas?




[+/-] Selengkapnya...

Minggu, Agustus 15, 2010

sebuah janji masa depan..

Minggu, 1 Agustus 2010


“…kak Nestri sudah sholat belum? Kalau tidak sholat nanti saya pukul”


Pesan tersebut diterima handphone saya di hari ketika saya baru saja menginjakkan kaki di Jatinangor kembali setelah sebulan penuh melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa di Desa Karyamukti, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Pesan singkat tersebut datang dari Yudi, anak kelas enam SD dimana saya dan rekan-rekan KKNM lainnya melakukan salah satu program kerja kami, program pendidikan, dengan mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris selama dua minggu di SD Karyamukti I dan SD Karyamukti II.


Dulu selama saya masih tinggal di desa tersebut, saya sangat dekat sekali dengan anak-anak kecil di sana, baik anak-anak di SD tempat saya mengajar, maupun anak-anak warga di dusun Cibaregbeg, tempat saya tinggal selama sebulan di Garut. Menurut saya, bermain adalah jiwa anak-anak, hingga sungguh tak mungkin memisahkannya dari seorang anak. Namun hidup harus seimbang, belajar dan beribadah juga harus selalu ditanamkan dalam diri anak.


Karena itulah, semasa saya tinggal di sana, meski saya selalu menemani anak-anak bermain, tak lupa saya tetap mengajak mereka belajar, mengerjakan PR bersama misalnya. Beribadah pun begitu, saya selalu mengajarkan agar anak-anak mengerjakan sholat terlebih dahulu ketika adzan berkumandang, meskipun mereka sedang asyik bermain.


“Teh Nestri mah meni judes!”, ledek seorang anak kalau saya sudah mulai mengambil mainan yang mereka pegang ketika mulai terdengar suara adzan. Ya, main boleh diteruskan kembali asalkan sholat telah mereka tunaikan, sebuah pola pikir yang selalu saya tanamkan dalam diri mereka. Karena sekali lagi, main memang adalah jiwa mereka, namun tentu saja tak berarti mereka boleh melepas jiwa lain yang juga sudah seharusnya ada dalam diri mereka: ilmu yang terus mengalir dan ibadah yang mengakar di jiwa.


Anak-anak di sana memiliki potensi sangat besar sebagai sebuah janji bagi masa depan, karena penanaman nilai-nilai agama dan moril sungguh sangat mudah dilakukan dalam diri mereka. Bangun ketika adzan subuh berkumandang cukup mudah bagi kebanyakan anak di sana, karena ada pengajian subuh yang dilaksanakan bagi anak kecil sesaat setelah sholat subuh ditunaikan. Bahkan, teman-teman saya dikelompok KKNM tak jarang yang baru bangun dari tidur dan hendak menunaikan sholat ketika matahari mulai mengintip dari kejauhan! Sungguh ironi yang pahit mengingat anak kecil mampu bangun lebih awal dan menjalani kehidupan dengan senyum mengembang di bibir disaat orang dewasa yang seharusnya lebih dewasa dalam menjalani hidup, justru semakin dalam menarik selimut mereka demi kembali terlelap dalam tidur.



Terbayang pula dalam benak saya indahnya kebersamaan dengan anak-anak di sana saat itu. Berlari-larian di sepanjang pantai yang tak jauh dari tempat tinggal kami—hanya sekitar 15 menit dengan berjalan kaki—sering sekali kami lakukan sebagai salah satu cara saya untuk menanamkan nilai pembelajaran. Karena meski yang mereka tahu mereka hanya sedang bermain di pantai, namun sesungguhnya tanpa mereka sadari mereka sedang belajar hal-hal baru bersama saya dan beberapa teman lain dengan berjalan di sekeliling alam. Dimana di sepanjang perjalanan, kami mencoba membaca pesan kebesaran illahi, sebuah pesan yang dapat terbaca nyata dengan hanya melihat segalanya yang telah nampak sempurna: gunung, ladang, air, dan angkasa raya. Hingga akhirnya hanya satu kata yang bisa terucap, Maha Suci Allah pencipta alam semesta ini.


Pesan singkat dari Yudi tadi menyadarkan saya kembali di masa kini, betapa anak-anak di sana selalu mengingat hal-hal yang saya ajarkan. Padahal kebanyakan dari apa yang saya ajarkan hanya terlontar sesaat dari mulut saya ketika mereka sedang asyik bermain. Tapi mereka mampu mengingatnya dengan baik! Sungguh sesuatu yang luar biasa.


Saya, Nestri, Saat ini menginjak tingkat terakhir di Fakultas kedokteran Universitas Padjadjaran, yang sampai saat ini memiliki sebuah angan kecil untuk menjadi seorang dokter anak, merasa sangat terpanggil untuk turut membesarkan mereka, membesarkan anak-anak di sana. Karena sungguh, bukankah membesarkan anak sama halnya dengan membesarkan masa depan?


KKNM kali ini sungguh menginspirasi masa depan saya. Terpikirkan oleh saya untuk ikut mengabdi di desa Karyamukti, karena selain keberadaan dokter memang tidak ada sama sekali di Kecamatan tersebut—sehingga warga harus naik angkutan umum selama setengah jam dengan terlebih dahulu harus menunggu angkutan umum yang datangnya tak jarang lebih dari setengah jam sendiri—dokter anak memiliki potensi yang besar untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak dan membantu mengarahkan anak-anak di sana agar tidak pantang menyerah dalam menjalankan kehidupan dan memenuhi janji yang mereka miliki, sebuah janji masa depan.


Insya Allah…



[+/-] Selengkapnya...