Add This...^^d!!

RSS

Minggu, Agustus 15, 2010

sebuah janji masa depan..

Minggu, 1 Agustus 2010


“…kak Nestri sudah sholat belum? Kalau tidak sholat nanti saya pukul”


Pesan tersebut diterima handphone saya di hari ketika saya baru saja menginjakkan kaki di Jatinangor kembali setelah sebulan penuh melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa di Desa Karyamukti, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Pesan singkat tersebut datang dari Yudi, anak kelas enam SD dimana saya dan rekan-rekan KKNM lainnya melakukan salah satu program kerja kami, program pendidikan, dengan mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris selama dua minggu di SD Karyamukti I dan SD Karyamukti II.


Dulu selama saya masih tinggal di desa tersebut, saya sangat dekat sekali dengan anak-anak kecil di sana, baik anak-anak di SD tempat saya mengajar, maupun anak-anak warga di dusun Cibaregbeg, tempat saya tinggal selama sebulan di Garut. Menurut saya, bermain adalah jiwa anak-anak, hingga sungguh tak mungkin memisahkannya dari seorang anak. Namun hidup harus seimbang, belajar dan beribadah juga harus selalu ditanamkan dalam diri anak.


Karena itulah, semasa saya tinggal di sana, meski saya selalu menemani anak-anak bermain, tak lupa saya tetap mengajak mereka belajar, mengerjakan PR bersama misalnya. Beribadah pun begitu, saya selalu mengajarkan agar anak-anak mengerjakan sholat terlebih dahulu ketika adzan berkumandang, meskipun mereka sedang asyik bermain.


“Teh Nestri mah meni judes!”, ledek seorang anak kalau saya sudah mulai mengambil mainan yang mereka pegang ketika mulai terdengar suara adzan. Ya, main boleh diteruskan kembali asalkan sholat telah mereka tunaikan, sebuah pola pikir yang selalu saya tanamkan dalam diri mereka. Karena sekali lagi, main memang adalah jiwa mereka, namun tentu saja tak berarti mereka boleh melepas jiwa lain yang juga sudah seharusnya ada dalam diri mereka: ilmu yang terus mengalir dan ibadah yang mengakar di jiwa.


Anak-anak di sana memiliki potensi sangat besar sebagai sebuah janji bagi masa depan, karena penanaman nilai-nilai agama dan moril sungguh sangat mudah dilakukan dalam diri mereka. Bangun ketika adzan subuh berkumandang cukup mudah bagi kebanyakan anak di sana, karena ada pengajian subuh yang dilaksanakan bagi anak kecil sesaat setelah sholat subuh ditunaikan. Bahkan, teman-teman saya dikelompok KKNM tak jarang yang baru bangun dari tidur dan hendak menunaikan sholat ketika matahari mulai mengintip dari kejauhan! Sungguh ironi yang pahit mengingat anak kecil mampu bangun lebih awal dan menjalani kehidupan dengan senyum mengembang di bibir disaat orang dewasa yang seharusnya lebih dewasa dalam menjalani hidup, justru semakin dalam menarik selimut mereka demi kembali terlelap dalam tidur.



Terbayang pula dalam benak saya indahnya kebersamaan dengan anak-anak di sana saat itu. Berlari-larian di sepanjang pantai yang tak jauh dari tempat tinggal kami—hanya sekitar 15 menit dengan berjalan kaki—sering sekali kami lakukan sebagai salah satu cara saya untuk menanamkan nilai pembelajaran. Karena meski yang mereka tahu mereka hanya sedang bermain di pantai, namun sesungguhnya tanpa mereka sadari mereka sedang belajar hal-hal baru bersama saya dan beberapa teman lain dengan berjalan di sekeliling alam. Dimana di sepanjang perjalanan, kami mencoba membaca pesan kebesaran illahi, sebuah pesan yang dapat terbaca nyata dengan hanya melihat segalanya yang telah nampak sempurna: gunung, ladang, air, dan angkasa raya. Hingga akhirnya hanya satu kata yang bisa terucap, Maha Suci Allah pencipta alam semesta ini.


Pesan singkat dari Yudi tadi menyadarkan saya kembali di masa kini, betapa anak-anak di sana selalu mengingat hal-hal yang saya ajarkan. Padahal kebanyakan dari apa yang saya ajarkan hanya terlontar sesaat dari mulut saya ketika mereka sedang asyik bermain. Tapi mereka mampu mengingatnya dengan baik! Sungguh sesuatu yang luar biasa.


Saya, Nestri, Saat ini menginjak tingkat terakhir di Fakultas kedokteran Universitas Padjadjaran, yang sampai saat ini memiliki sebuah angan kecil untuk menjadi seorang dokter anak, merasa sangat terpanggil untuk turut membesarkan mereka, membesarkan anak-anak di sana. Karena sungguh, bukankah membesarkan anak sama halnya dengan membesarkan masa depan?


KKNM kali ini sungguh menginspirasi masa depan saya. Terpikirkan oleh saya untuk ikut mengabdi di desa Karyamukti, karena selain keberadaan dokter memang tidak ada sama sekali di Kecamatan tersebut—sehingga warga harus naik angkutan umum selama setengah jam dengan terlebih dahulu harus menunggu angkutan umum yang datangnya tak jarang lebih dari setengah jam sendiri—dokter anak memiliki potensi yang besar untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak dan membantu mengarahkan anak-anak di sana agar tidak pantang menyerah dalam menjalankan kehidupan dan memenuhi janji yang mereka miliki, sebuah janji masa depan.


Insya Allah…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar