Add This...^^d!!

RSS

Rabu, Februari 09, 2011

go for it!!

Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung
_Al Qur'anulkarim, Ali Imran ayat 104_

Pertanyaannya adalah: Mengapa?

Mengapa Allah menghendaki hambaNya untuk mengatakan kebenaran dan menjadi orang yang beruntung? Mengapa Allah menghendaki hambaNya agar meraih keberuntungan dengan cara menyerukan kebajikan?
Mengapa?

Mengapa menyeru kepada kebajikan dapat menghantarkan kita kepada keberuntungan yang Allah janjikan?
Mengapa?



Sebenar-benarnya kebenaran

Tak pernah saya menemukan keraguan dalam diri ini atas firman Allah yang tercatat dalam surat cintaNya yang keindahannya takkan tertandingi oleh pujangga cinta kelas dunia sekalipun—Al-Qur’an. Begitupun dengan kalimat cinta yang ada dalam surat Ali Imran ayat 104. Saya yakin dengan sebenar-benarnya keyakinan bahwa kalimat cinta itu adalah sebuah kebenaran, sebuah kebenaran yang dengan kuasaNya akan menghantarkan saya dan siapapun yang menyerukan kebajikan pada sebuah keberuntungan, keberuntungan dunia dan tentu saja—keberuntungan akhirat.
Insya Allah..

Saya adalah mahasiswi fakultas kedokteran, saya tahu itu. Dan dengan sangat sadar, sayapun tahu bahwa itu adalah sebuah nilai lebih yang Allah amanahkan kepada diri saya.

Betapa tidak? Mahasiswa kedokteran nyaris bisa dipastikan kelak akan menyandang gelar dokter



Dokter itu orang pintar


Dokter itu tahu segalanya

Dokter itu manusia pilihan

Berlebihan terkadang, namun memang itulah yang tertanam di pola pikir masyarakat. Tertanam dalam sebuah paradigma yang entah mengapa tetap bertahan. Bertahan bahkan di tengah pikiran-pikiran yang tanpa ampun menyerang akal dan menggerogoti jiwa dalam sebuah romantisme global

Globalisasi pemikiran. Ya, itulah nama dari romantisme keji yang ditawarkan belakangan ini ke tengah-tengah masyarakat kita. Tua maupun muda, kaya maupun miskin, semua, tanpa ampun.

Tapi saya memiliki nilai lebih! Saya adalah mahasiswi kedokteran!! Saya dikaruniakan kesempatan langka untuk mampu menyerukan kebajikan dengan tambahan poin lain yang sangat sulit diperoleh—didengarkan oleh masyarakat.

Didengarkan. Itu adalah cita-cita seluruh pembicara, siapapun ia, dan dengan tujuan apapun. Sayangnya didengarkan adalah hal yang sulit dicapai, terlebih lagi jika ingin apa yang dibicarakannya itu serta merta terserap dalam hati, mengakar di sanubari, dan melekat di setiap sel-sel otot dan rangka tubuh pendengarnya—menciptakan sebuah spontanitas magis untuk menerapkan apa yang telah didengar dari pembicara

Tapi saya memilikinya! Saya memiliki kemampuan untuk didengar! Saya adalah seorang mahasiswi kedokteran yang tak lama lagi akan mencapai status penuh gengsi itu: dokter. Ya, saya akan menjadi seorang dokter yang memiliki keberuntungan dibandingkan profesi lain dalam hal didengarkan oleh orang banyak.

Sederhananya, seorang dokter telah diberikan keberuntungan untuk menjemput keberuntungan lain yang dijanjikan Allah melalui jalan yang telah dipaparkan dalam firmanNya—menyerukan kebajikan.
Menyerukan kebajikan pun tentu tak berbatas ujungnya. Namun islam adalah panduannya, islam adalah jalurnya, dan islam sekaligus adalah pintunya, pintu menuju keberuntungan yang hakiki. Dan seorang dokter muslim yang memegang pedoman kedokteran dalam islam tentu tak akan meragukan sebenar-benarnya kebenaran ini

Serukan kebajikan
Perintah yang sungguh bukan sebuah perintah
Ia adalah kebutuhan. Kebutuhan yang sangat diperlukan baik dulu, kini, maupun nanti
Ia adalah penyembuh. Penyembuh dari penyakit, bukan penyakit fisik tentu, karena yang ia sembuhkan adalah jiwa, hati, dan rohani
Ia adalah bukti cinta. Cinta karena Illahi

Karena…demi masa, bukankah kini kita berada dalam kerugian yang teramat nyata? Ya, kerugian ini amat nyata terlihat, kecuali bila kita termasuk hamba Allah yang beriman dan beramal shaleh.

Kitakah?

Kitakah hambaNya yang beruntung dan tidak merugi?

Mereka yang beruntung ialah mereka yang saling menasehati dalam kebenaran, mereka yang menyeru dalam kebajikan

Kitakah?

SAYAKAH?
Bukankah saya memiliki peluang besar untuk menyerukan kebajikan? Mengapa saya harus menyiakannya?

Go For It Nestri!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar