Add This...^^d!!

RSS

Sabtu, Januari 22, 2011

inilah seni mempersiapkan shalat!

Malu rasanya setiap ada adik yang memuji dan berkali-kali mengatakan ingin jadi seperti saya, memangnya saya seperti apa..:D??

Tapi satu hal yang pasti, mereka mengingatkan saya untuk terus dan terus berusaha untuk jadi lebih baik, karena kalaulah ada sikap saya yang kebetulan menginspirasi mereka, saya harap inspirasi itu bertahan untuk selamanya, tidak diam di tempat, tapi terus mengalir dan terus bermakna

Dengan menjadikan diri sendiri yang kian membaik tiap harinya, tentu saja..;D!!

Ah, seandainya mereka tahu, bukan sayalah yang pantas mendapat ungkapan terimakasih dari mereka. Tapi merekalah! Merekalah yang sangat berjasa bagi saya! Merekalah yang kerap kali menjadi alarm bagi diri saya untuk tak lengah, untuk terus memperbaiki diri, untuk menjadi kakak yang baik bagi mereka, dan tentu saja menjadi hamba Allah dengan penghambaan terbaik dari yang terbaik, insyaAllah..(‘:

Hari ini saya sekali lagi diingatkan oleh kemurnian hati mereka, oleh pengharapan tulus dari jiwa yang merindu syurga, jiwa yang juga ingin terus berusaha jadi lebih baik

Bagaimana tidak? Sms dari si adik yang datang tadi sangat menyentil saya dengan kepolosannya, “..teteh bentar lagi isya, pasti mau sholat dulu..”, padahal seandainya sang adik tahu, saya saat itu sedang bersantai membaca komik..-___-“

Kalau mau membela diri, wajar saja saya masih bersantai karena toh azan belum berkumandang. Tapi, bukankah dulu saya sendiri yang mengatakan bahwa alangkah baiknya jikalau diri ini mempersiapkan hati terlebih dahulu sebelum datang kewajiban bagi fisik untuk datang menghadap Allah? Tapi kenapa ini saya sudah tahu mau azan malah baca komik dulu? Persiapan hati menuju shalat kok ya baca komik sih jeng nestriiii?? Kacau berat ini mah..:D

Agak geli sebenarnya mendapat sms “tuduhan” yang sangat melenceng dari si adik ini, tapi seketika rasa geli itu berubah menyengat seperti kejutan aliran listrik yang datang tanpa menyapa terlebih dahulu

Saya malu

Pada siapa?

Pada si adik?

Betul. Saya sangat malu pada si adik

Tapi saya lebih malu karena malu itu muncul karena adik ini, bukan karena Dia yang selalu memperhatikan saya—bahkan tanpa perlu memberi sms peringatan pada saya

Padahal, Ali bin Abi Thalib selepas wudhu biasanya gemetar. Ketika ditanya sebabnya, beliau mengatakan, “Sekarang aku sedang memikul amanah yang pernah disodorkan kepada langit dan bumi serta gunung, tapi mereka semua menolaknya. Namun aku kemudian maju dan bersedia menerima amanah tersebut.”

Inilah seni mempersiapkan shalat!

Selanjutnya perhatikan bagaimana Al-Hasan, putra Ali. Selepas wudhu biasanya beliau gemetar, ketakutan, menghiba, dan air mukanya berubah, Ketika ditanya sebabnya, beliau menjawab, “Tahukah kalian, di hadapan Siapa aku akan berdiri?”

Subhanallah..

Dahulu, Sayyidina Abdullah bin Mas’ud pun pernah berkata, “Tatkala turun ayat:

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang beriman,
untuk tunduk hati mereka mengingat Allah”
(QS. Al Hadid: 16)

Waktu itu baru empat tahun kami masuk islam. Namun Allah telah menegur kami dalam hal kekhusyukan shalat. Kami pun kemudian keluar untuk saling menegur satu sama lain, dengan mengatakan, ‘Sudahkah kalian mendengar bahwa Allah telah berfirman, ‘Belumkah datang waktunya bagi orang-orang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah?’ Salah seorang lelaki pun kemudian sempat terjatuh akibat menangis atas teguran Allah terhadap diri kami ini”

Subhanallah..

Inilah seni mempersiapkan shalat!

Atau dalam cerita lain, Hatim Al-Islam pernah ditanya tentang shalatnya, ia pun menjawab, “Jika waktu shalat telah tiba, aku berwudhu dengan sempurna, dan menghampiri tempat di mana aku akan mengerjakan shalat. Aku pun lantas duduk di sana sampai seluruh tubuhku terkonsentrasi. Kemudian aku pun memulai shalat dengan menjadikan Ka’bah seolah berada dihadapanku, jembatan Ash-Shirath terletak di bawah kakiku, Surga di samping kananku, dan neraka di sebelah kiriku, serta Malaikat Maut berada tepat di belakangku. Aku pun menganggap shalat ini sebagai shalatku yang terakhir...”

Subhanallah..

Inilah seni mempersiapkan shalat!

Luar biasa memang contoh-contoh tadi! Lalu saya?? Mau sholat malah baca komik, nanti pas takbir malah jadi penasaran kan jadinya sama lanjutan cerita si komik..-____-“

Saya tak mau kalah! Dengan seni mempersiapkan shalat yang sudah ada tadi, saya juga tak mau kalah!!

Karena shalat bukanlah sekedar gerakan tanpa makna, ia tidak hanya sekedar ada, karena dengannya lah kita mampu pergi meninggalkan dunia untuk bertemu dengan Allah, Sang kekasih

Sebagaimana Imam Abu Hamid Al-Ghazali yang pernah berkata, “Carilah hatimu di tiga tempat: pertama, ketika membaca Al-Qur’an; kedua, ketika shalat; dan ketiga, ketika mengingat kematian. Jika di tiga tempat tersebut engkau belum menemukan hatimu, maka mohonlah kepada Allah untuk memberimu hati, sebab engkau tidak sedang mempunyainya!”

Di mana hati saya Allah? Semoga saya tidak kehilangannya!!

Hushh...kamu komik, pergi sana jauh-jauh..d;




[+/-] Selengkapnya...

Rabu, Januari 05, 2011

Allah, di mana jilbab saya??

Ada seorang wanita yang dikenal taat beribadah. Ia juga rajin menjalankan ibadah sunnah. Tapi ada satu kekurangannya yaitu ia tidak mau berjilbab dan menutup auratnya.

Setiap kali ditanya, ia hanya tersenyum dan menjawab, ”Insya Allah nanti, yang penting hati dulu yang berjilbab.”

Sudah banyak orang menanyakan maupun menasehatinya. Tapi jawabannya tetap sama, “yang penting hati dulu yang berjilbab”

Hingga di suatu malam ia bermimpi berada di sebuah taman yang sangat indah. Taman itu memiliki rumput yang sangat hijau dengan berbagai macam bunga bermekaran, yang bahkan segarnya udara dan wanginya bunga di taman itu dengan sangat jelas dapat dirasakannya. Terlihat pula sebuah sungai yang sangat jernih melintas dipinggir taman. Semilir angin pun seolah tak mau kalah menyapanya dan hadir dengan kelembutannya yang menembus tiap sela jarinya.

Wanita itu ternyata tidak sendiri, ada beberapa wanita lain di situ yang juga terlihat sedang menikmati keindahan taman.

Ia pun menghampiri salah satu wanita di sana. Wajah wanita yang dilihatnya sangat bersih seakan-akan memancarkan cahaya yang sangat lembut.

“Assalamu'alaikum, saudariku”, sapanya

“Wa'alaikum salam. Selamat datang saudariku”, jawab wanita yang ditegurnya

“Terima kasih. Apakah ini surga?”

Wanita yang ditegurnya tersenyum, “Tentu saja bukan, saudariku. Ini hanyalah tempat menunggu sebelum ke surga ”

“Benarkah? Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini. ”

Wanita itu tersenyum lagi, ”Amalan apa yang bisa membuatmu kemari, saudariku ?”

“Aku selalu menjaga waktu shalat dan aku menambahnya dengan ibadah sunnah. ”

“Alhamdulillah..”

Tiba-tiba jauh di ujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu perlahan terbuka, dan ia melihat beberapa wanita yang berada di taman yang sama satu-persatu mulai memasukinya.

“Ayo kita ikuti mereka”, ajak wanita yang ditegurnya tadi setengah berlari.

“Ada apa di balik pintu itu?”, katanya sambil mengikuti wanita itu

“Tentu saja surga saudariku”, jawabnya

“Tunggu, tunggu aku!”, dia berlari sekuat tenaga namun tetap tertinggal meskipun wanita yang dikejarnya hanya setengah berlari

Meski telah mencoba meningkatkan kecepatan larinya, ia tetap tak mampu mengejar wanita tadi, ia lalu berteriak, “Amalan apa yang telah kau lakukan hingga engkau begitu ringan?”

“Sama dengan engkau saudariku”, jawab wanita tadi sambil tersenyum, ia telah mencapai pintu dan sebelah kakinya pun telah melewati pintu.

Sebelum wanita itu melewati pintu sepenuhnya, ia kembali berteriak, sebuah teriakan keputusasaan, “Amalan apalagi yang kau lakukan yang tidak kulakukan?”

Wanita itu menatapnya dengan senyum lalu berkata, “Apakah kau tak memperhatikan apa yang membedakan dirimu dengan diriku?”

Ia sudah kehabisan napas, hingga tak mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan wanita tadi

“Apakah kau mengira Rabbmu akan mengijinkanmu masuk ke Surga-Nya tanpa jilbab menutup auratmu?”, lanjut wanita tadi

Tubuh wanita itu telah melewati pintu, tapi tiba-tiba kepalanya mengintip keluar, memandangnya dan berkata, ”Sungguh sangat disayangkan amalanmu tak mampu membuatmu mengikutiku memasuki surga ini untuk dirimu. Cukuplah surga hanya sampai hatimu karena niatmu adalah menghijabi hati.”

Ia tertegun lalu terbangun, beristighfar, dan segera mengambil air wudhu. Ia menunaikan shalat malam untuk menenangkan hatinya, ia pun menangis dan menyesali perkataanya dulu.

sumber: http://www.facebook.com/IndahnyaBerjilbab?ref=ts&v=info#!/note.php?note_id=476150587504&id=100000335554930*

http://www.facebook.com/note.php?note_id=182967568380456&id=98932247389*

*dengan sedikit perubahan..:D

-------------------


Membaca tulisan tadi seringkali membuat saya merinding, jilbab bagi seorang muslimah bukanlah pilihan, tapi kewajiban!

Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadist riwayat Muslim,

“Ada dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang lain dan para wanita yang berpakaian tapi auratnya terlihat, yang berjalan melenggak-lenggok, sedangkan kepala mereka bagaikan punuk unta yang miring. Mereka itu tidak akan masuk ke dalam surga dan juga tidak akan mencium bau surga. Padahal, harum semerbak surga itu dapat dirasakan dari jarak yang begini dan begini”

Berpakaian tapi auratnya terlihat! Sungguh ironi, untuk apa berpakaian kalau tidak seperti berpakaian? Untuk apa berpakaian kalau fungsi pakaian itu sendiri tidak berjalan sebagaimana mestinya?

Pakai jilbab kan gak keren, percuma dong tadi abis ke salon kalo gak bisa diliatin ke orang lain, mana ini baju dapetinnya susah banget! saya kan cuma butuh sedikit penghargaan!! Gak salah toh?

Penghargaan?

Penghargaan yang bagaimanaaaaaa??

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S Al Ahzab: 59)

Sekali lagi, penghargaan yang bagaimanaaaaaa??

Cukupkah “harga” yang kita inginkan itu dibayar dengan dipandang dan dilihat oleh manusia lain?

Cukupkah?

Tidak! Wanita lebih berharga dari itu!!

Sayang sekali bukan? Padahal Allah menjanjikan harga yang lebih baik untuk wanita yang memuliakan dirinya sendiri. Dan jilbab? itu salah satu caranya..(:!! Ia adalah awal untuk akhir yang baik! Siapa tak ingin akhir yang baik?

“Hijab saya bukan hanya bagian dari identitas agama saya (Islam)
tetapi juga bagian dari keberadaan saya. It is me.” _Hasina, My Name is Khan

Saya teringat pertama kali saya mengenakannya, senangnya luar biasa! Bertingkah seperti bocah labil yang baru pertama kali mendapatkan mainan baru, di rumahpun tak mau ia saya lepas, sampai-sampai kakak saya mengira kalau jangan-jangan saya berpikir kalau ia tidak saya lepas karena ada ayah di rumah (pemikiran yang aneh, memangnya saya sebodoh itu..-____-“?? saya kan hanya terlampau senang dengannya..:D)

“Nes? Beneran baru pake jilbab? Kok langsung pake yang panjang? Gak panas gitu??”

Sedikit geli saya mendengar komentar ini. Pertama, karena jilbab pertama saya tidak terlalu panjang. Kedua, jadi anggapan orang yang tidak berjilbab seperti itu ya melihat wanita yang berjilbab?

Padahal entah mengapa dengannya saya merasa lebih sejuk, tidak hanya menyejukkan suhu tubuh, tapi juga hati..(:

“Huwaaa...teteh...”, komentar teman sekosan yang sudah saya anggap sebagai adik sendiri ketika saya mulai mencoba memanjangkan jilbab saya

“Kenapa?”

“Enggak, takut aja nanti teh nestrinya jadi berubah, gak kayak dulu lagi...”, jawabnya polos dengan mata berkaca-kaca

Hei, hei, memangnya saya power ranger yang dalam sekejap berubah menjadi tokoh lain yang tak bisa dikenali..-____-“??

Tidak! Saya ya saya, tidak mencoba menjadi siapapun, hanya tetap menjadi diri saya, namun tentu saja: saya yang lebih baik..(:

Karena dengannya saya merasa nyaman, dengannya saya merasa kuat, dan dengannya saya merasa terjaga

How come?

Sejak saya mengenakannya saya sering sekali mendapatkan reminder yang datang menampar saya di dalam mimpi. Setiap saya lengah dalam dunia nyata dengan perilaku saya yang kurang pantas, mimpi mengerikan itu datang tanpa berita dan menghentak jiwa saya yang mulai mengeruh

Ya, mimpi itu teramat sering datang, terutama ketika saya sedang sangat lengah dengan tak menghiraukan penjagaan hati saya

Mimpi itu datang dengan perginya, selalu mimpi yang sama, dengan settingan berbeda, namun selalu dalam konteks yang sama, terus dan terus saya alami, mimpi itu datang dengan perginya

 
Dalam mimpi mengerikan itu, ia pergi dari tempat seharusnya ia berada. Dan ironisnya, dalam mimpi, sikap saya akan kehilangannya biasa saja!

Ingin menangis rasanya ketika saya terbangun, kenapa dalam mimpi saya tak merasa kehilangan akan kepergiannya?

ALLAH, DI MANA JILBAB SAYA??

Karena ia tak hanya menutupi mahkota wanita, tapi ia juga menutupi wanita dari kemungkinan melakukan tindakan yang mengotori hati murninya

Sehingga ketika beningnya hati ini mulai memudar... ALLAH, DI MANA JILBAB SAYA??

Karena ia tak hanya menjaga kulit dari terik matahari, tapi ia juga menjaga hati dari sesuatu yang bukan pada tempatnya

Sehingga ketika penjagaan itu melonggar... ALLAH, DI MANA JILBAB SAYA??

Karena ia tak sekedar ada, ia ada untuk membawa keindahan suci bagi para wanita

Sehingga ketika muncul sebesit saja kekaguman akan keindahan semu yang mengunci hati... ALLAH, DI MANA JILBAB SAYA??

ALLAH...

ALLAH...

ALLAH...

DI MANA JILBAB SAYA??

DI MANA???


Sungguh saya tak ingin kehilangannya..)’:







[+/-] Selengkapnya...