Add This...^^d!!

RSS

Jumat, Januari 22, 2010

find the way

Tunjukilah kami jalan yang lurus.
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat
_Al Qur'anulkarim, Al Fatihah ayat 6 dan 7_







 Persepsi, baik yang keluar dalam diri maupun yang dilihat dari diri kita adalah buah dari sebuah rumusan universal sederhana:

k  Pengetahuan + Kepribadian = Persepsi

dengan k adalah konstanta yang menunjukkan banyak-sedikitnya pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu

Begitupun dengan islam, agama universal yang, dalam penerapannya membutuhkan sebuah pencarian nurani demi menemukan jalan menuju taman surga. Berbagai persepsi akan tercipta dalam diri terhadap islam, pengertiannya, penerapannya, tujuannya, dan kelengkapan lainnya. Persepsi yang tercipta tentu sebanding dengan besarnya pengetahuan tentang islam dan juga jenis kepribadian seperti apa yang kita miliki.
Lantas bagaimana menciptakan sebuah persepsi yang benar mengenai islam?
Tentu saja jawabannya adalah dengan menyesuaikannya terhadap besarnya rasa haus akan ilmu keislaman dalam diri serta menciptakan kepribadian diri yang terbaik.
Teorinya tidaklah sulit, cukup mempelajari apa yang rasulullah salallahu 'alaihi wa salam lakukan, dan meneladaninya. Sehingga setidaknya kepribadian diri yang tercipta pun adalah kepribadian yang mendekati nabiyullah, sang kekasih Allah. Karena sungguh, siapakah suri tauladan yang lebih baik dari beliau?

Muhammad salallahu 'alaihi wa salam, apa yang ia lakukan adalah apa yang ia pelajari langsung dari Allah, Al-Waasi'. Nafasnya adalah Al-Qur'an, hidupnya dipersembahkan demi menegakkan agama Allah. Ia lah manusia yang paling sempurna dari manusia terbaik lainnya. Karenanya, siapakah suri tauladan yang lebih baik dari beliau?
Magnet Muhammad. Adakah kekuatan yang lebih dahsyat dari daya tarik memukau yang beliau miliki? Bahkan Michael H. Hart pun menempatkannya dalam urutan teratas dalam tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia dalam bukunya yang berjudul THE 100: A RANKING OF THE MOST INFLUENTAL PERSONS IN HISTORY.

Sekarang beliau telah tiada. Namun beliau pernah berkata bahwa suatu saat nanti akan lahir umat terbaik dari segala umat yang pernah ada, yaitu umat yang mencintai Allah dan rasulullah walaupun tidak pernah bertemu dengan beliau, itulah umat yang lahir ketika beliau telah tiada.
Kitakah?

Bagaimana caranya menjadi umat yang bahagia itu? Umat yang dirindukan dan didamba surga Allah.
Bagaimana?

Semua itu butuh pencarian. Semua itu butuh perjuangan. Berjuang untuk menghasilkan persepsi islam yang benar bisa dilakukan dengan belajar dan terus mempelajari kebenaran dalam islam, dan kuncinya adalah belajar tanpa henti.

Lantas bagaimana caranya menciptakan kepribadian terbaik dalam diri? Bagaimana caranya agar kita mampu meniru, atau setidaknya menyerupai...rasulullah?
Bagaimana?

Kesempatan adalah kuncinya, mencari kesempatan atau menciptakan kesempatan untuk mampu mengikuti jejak rasulullah bukanlah hal yang sulit dilakukan jikalau kita memang mau mencobanya. Fasilitas demi fasilitas terbentang, seandainya kita mau mencari tahu.
Organisasi keislaman adalah salah satu kesempatan yang tercipta. Karena di sana terdapat sekelompok orang dengan tujuan yang sama, meraih ridha Allah, menempuh jalan orang yang Allah karuniakan nikmat kepadanya. Jalan yang lurus, sebagaimana yang selalu kita inginkan tatkala terucap dari bibir kita tatkala membacakan surat Al-Fatihah ketika menghadap kepadaNya dengan penghambaan terbesar ketika melakukan sholat lima waktu setiap hari
            Ya, organisasi keislaman, di mana terdapat sekelompok manusia yang saling mencintai dan mendukung karena Allah, dalam sebuah pencarian yang sama, dan dengan niat tulus yang akan saling menguatkan tatkala melemah dan mengokohkan tatkala goyah. Itulah kekuatan indah dari organisasi keislaman, apapun itu, termasuk DKM Asy-SyifAa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran...(:



Nestri, 17 Januari 2010
dalam sebuah perenungan diri

[+/-] Selengkapnya...

Kamis, Januari 14, 2010

Berat tuk dilepas, meski letih kurasa…

MedIs atau Medical Islam adalah salah satu divisi dalam DKM Asy-SyifAa Fakultas Kedokteran Unpad

MedIs sendiri bergerak dalam bidang dakwah yang berkaitan dengan kedokteran islam, dimana dengan background kerja MedIs yang berdasarkan pada kajian, MedIs tentu saja akan berkaitan dengan pengkajian islam terkait dengan bidang kedokteran, dan kemudian berbagi informasi penuh makna tersebut kepada sesama muslim lain. Sebuah jalan dakwah yang sangat Subhanallah, begitu pikir saya ketika akhirnya saya memutuskan untuk bergabung dalam jalan ini

Manusia tidak bisa hidup sendiri, begitupun saya. Sudah 2 tahun kepengurusan saya berada dalam divisi ini. Tahun pertama cukuplah saya hanya sebagai pengamat dan pembelajar yang mengamati gerak dan arah kerja MedIs yang 'seharusnya', tapi justru karena pemikiran seperti itulah maka yang saya dapatkan sampai akhir kepengurusan di tahun pertama pun hanya sekedar tahu MedIs seharusnya seperti apa.

Sehingga di akhir tahun pertama dan menuju awal tahun kedua saya sempat goyah untuk keluar dari naungan DKM, karena pada saat yang sama saya masih belum merasakan feel MedIs terikat pada hati saya, Kalau tidak tetap di MedIs, lantas untuk alasan apa lagi saya bertahan di DKM? Begitu pikir saya saat itu

Tapi entah mengapa hati ini terasa berat, hati nurani saya seolah berteriak, saya belum melakukan apa-apa!! Ya. SAYA-BELUM-MELAKUKAN-APA-APA!! Belum untuk DKM AsySyifAa. Belum untuk MedIs. Hingga akhirnya ada suatu event besar yang diadakan dan hanya bisa diikuti oleh anggota DKM AsySyifAa, yaitu pelatihan TMA (Tim Medis AsySyifAa), Kata 'Medis' dalam tim ini adalah 'Medis' yang berkaitan dengan keperluan-keperluan Medis seperti kegiatan Balai Pengobatan, Khitan, maupun bantuan medis lainnya

Tertarik bergabung? Sebenarnya tidak juga, meskipun banyak orang yang rela bergabung dengan DKM AsySyifAa dan hanya menjadi anggota 'bayangan' demi memenuhi syarat dan mendapat 1 tiket untuk ikut bergabung dengan Tim Medis ini. Entah mengapa saya merasa bahwa seolah event ini berkata pada diri saya untuk tidak keluar dari DKM, dan itu artinya tentu saja tetap bertahan dalam divisi MedIs DKM AsySyifAa

Tapi sekali lagi, manusia tidak bisa hidup sendiri, begitupun saya

Meski tekad saya sudah sangat bulat untuk tetap bertahan dalam MedIs. Meski 100% adalah angka yang meluncur keluar dari mulut saya ketika Yasser, sang ketua MedIs baru saat itu, bertanya mengenai seberapa yakin saya dengan keberadaan diri dalam MedIs. Meski banyak impian yang ingin saya torehkan bersama rekan MedIs lainnya dalam tahun itu. Meski banyak agenda-agenda kecil yang indah yang terangkai untuk dilaksanakan bersama.

Namun…ketika saat ini saya bertanya pada diri sendiri apa yang saat ini telah MedIs berikan? Tapi tunggu! Mungkin lebih tepatnya apa yang telah SAYA berikan? Apa saja yang telah saya lakukan?? Masya Allah, saya lagi-lagi telah lengah, membiarkan jiwa MedIs saya menguap dalam diam.

Padahal, bukankah pengkerdilan terkejam adalah membiarkan pikiran cemerlang diam dalam tubuh yang malas??

Saya punya banyak impian untuk Medis, begitupun (saya yakin) dengan rekan MedIs lainnya yang itulah mengapa menjadi alasan kehadiran kita dalam pertemuan dalam satu divisi ini, Medis

Itulah akhir perenungan saya di akhir masa kepengurusan tahun kedua saya berada di MedIs ini, ingin menangis rasanya, ampuni aku ya Ghaffaar, ampuni hamba yang lalai ini

--------------



Berhenti. Keluar dari DKM. Itulah lagi-lagi pikiran yang sama keluar dari benak saya kali ini, menjelang kepengurusan tahun ketiga saya (jikalau saya masih mau meneruskan keberadaan saya di MedIs)

Tapi itulah, manusia tidak bisa hidup sendiri, begitupun saya

Letih, saya letih berada dalam MedIs, dalam kesendirian yang mengiris hati, dalam diam di tengah pikiran cemerlang diri

Padahal semestinya saya tidak boleh letih, walau dua tahun yang telah saya lewati seolah tanpa hasil, seolah tanpa makna. Karena sengguhnya bukan usaha saya tidak ada hasil. Tapi usaha saya belum cukup, dan tak akan pernah cukup, karena ibadah yang baik adalah yang meski dilakukan sedikit tapi kontinyu

Semestinya letih tak boleh terlintas dalam diri ini, meski dua tahun ini telah terlewati, bahkan meski lima atau sepuluh tahun mendatang hidup saya

Semestinya….

Dan lagi-lagi ada suatu kejadian yang seolah menunjukan jalan pada saya untuk tidak keluar dari kesempatan luar biasa dan bertahan lagi dalam MedIs, bukan TMA (meski kemarin saya gagal masuk, dan saya memang berniat mengulangi pelatihan untuk masuk tim ini, tapi bukan untuk bergabung, karena saat ini bahkan tidak terpikir sama sekali untuk menjadi bagian dari tim Medis, karena saya hanya ingin mengikuti pelatihannya saja, berhubung pelatihannya sangat menyenangkan^^)



---------


Kali ini, lagi, saya memiliki banyak impian untuk saya goreskan dalam perjalanan dakwah ini, bersama MedIs. Karena ya…saya akan tetap bertahan di sini, dalam kesempatan indah yang Allah karuniakan pada saya, MedIs

Dan manusia TAK AKAN pernah bisa hidup sendiri, begitupun saya

Sehingga kali ini saya tak pula akan membiarkan pikiran cemerlang ini diam dan mengendap dalam diri, karena saya tak sendiri, saya memiliki rekan MedIs lainnya, yang mungkin juga memiliki pikiran cemerlang yang pula terdiam dan berhenti dalam tubuh yang sendiri

Karena saya tak sendiri….

Karena kita akan bersama…

Menggores catatan perjalanan…

Meniti jalan dakwah…

Dan tak akan pernah berhenti, meski nanti MedIs bukan lagi jalan dipilih..

[+/-] Selengkapnya...